SOLOPOS.COM - Parade atraksi liong dan barongsai mewarnai pembukaan Pekan Budaya Tionghoa (PBTY) bertemakan "Pelangi Budaya Nusantara" di sepanjang jalan Malioboro, Yogyakarta, Minggu (05/02/2017). Pekan budaya tahunan yang dimulai ditahun 2016 ini menapaki tahun ke-12 sekaligus menjadi momen merayakan tahun baru Imlek. PBTY akan diselenggarakan selama 5-11 Februari 2017 di Kampung Ketandan, Yogyakarta. (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XII ditutup pada Sabtu (11/2/2017) malam

Harianjogja.com, JOGJA-Ratusan warga memadati area panggung utama Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XII untuk menyaksikan sejumlah penampilan terakhir dari acara ini, Sabtu (11/2/2017) malam. Festival ini ditutup Wakil Gubernur DIY dengan pemukulan tabur dan pesta kembang api yang disambut meriah oleh masyarakat.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Puncak acara ini dihadiri oleh Wakil Gubernur DIY KGPAA Sri Paduka Paku Alam X, PJ Walikota Jogja Sulistyo dan sejumlah tamu undangan. Hingga hari terakhir, warga Jogja dan wisatawan seolah tidak ingin melewatkan puncak acara PBTY. Sepanjang penyelenggaraan festival ini, PBTY telah dikunjungi lebih dari 80.000 pengunjung.

Ketua Panitia PBTY XII, Ana Haryadi mengungkapkan penyelenggaraan acara selama tujuh hari ini telah mampu menyedot banyak pengunjung. Dia mengatakan setiap tahunnya PBTY selalu melibatkan banyak pihak.

“Berbagai acara yang dihadirkan memberikan dampak banyaknya pengunjung dan wisatawan yang datang. Tercatat jumlah kunjungan selama satu minggu ini mencapai lebih dari 80.000 orang,” ungkap Ana

Pekan budaya Tionghoa setiap tahunnya selalu memberikan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Jogja. Pada perayaan yang selalu dipusatkan di Kampung Ketandan ini selalu membuat orang berbondong-bondong untuk datang melihat berbagai acara PBTY.

Tahun ini, PBTY juga kembali menghadirkan pemilihan Koko Cici Jogja 2017. Festival yang mengusung tema Pelangi Budaya Nusantara sejak Minggu (5/2/2017) ini, tak hanya menyuguhkan budaya Tionghoa.

“Ada pula penampilan kesenian dari seniman luar seperti Jepang dan India, serta menampilkan seluruh budaya nusantara dari 34 provinsi di Indonesia,” jelas Ana.

Akulturasi budaya dalam sejarah berkembangnya masyarakat Tionghoa di Tanah Jawa juga tak terpisahkan dalam acara ini. Di antaranya dipamerkannya perpaduan budaya dalam Batik Tionghoa yang menampilkan perpaduan budaya Belanda, India dan Jawa yang dipamerkan di Rumah Budaya Ketandan.

Selain itu, stan-stan kuliner yang menyemarakkan acara ini juga turut memberikan daya tarik pengunjung. Ana mengungkapkan, PBTY memberikan ruang untuk UMKM dari beragam usaha. Sedikitnya ada 130 stan yang menjajakan aneka kuliner di acara ini.

“Munculnya geliat ekonomi ini mampu memberikan transaksi hingga Rp2,7 miliar,” ungkap Ana.

Wakil Gubernur DIY KGPAA Sri Paduka Paku Alam X saat menyampaikan sambutan Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengungkapkan keberadaan masyarakat Tionghoa di DIY sudah ada sejak berabad-abad lalu. Pakualam X mengatakan keberadaan masyarakat Tionghoa juga turut andil dalam membangun DIY.

“Kendati masyarakat Tionghoa pernah mengalami deskriminasi dan membuat generasi mudanya merasa asing dengan budaya nenek moyangnya, namun kini warga Tionghoa memiliki kebebasan berekspresi,” ujar Wagub.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya