SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p lang="zxx"><b>Solopos.com, NAYPYIDAW &ndash;</b> Ketua Badan Hak Asasi Manusia (HAM) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Zeid Ra’ad Al Hussein, meminta pemimpin <i>de facto </i><span>Myanmar, Aung San Suu Kyi, mundur </span><span>dari jabatannya karena dianggap gagal mencegah</span><span> kekerasan terhadap etnis Rohingya di Rakhine. </span></p><p lang="zxx"><span>Dalam laporan terbaru, PBB menemukan bukti praktik genosida yang dilakukan militer Myanmar kepada warga muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar. </span></p><p lang="zxx"><a href="http://news.solopos.com/read/20180829/497/936730/myanmar-tolak-laporan-pbb-soal-genosida-warga-rohingya"><span>Laporan </span><span>PBB</span></a><span> </span><span>itu</span><span>lah</span><span> yang menjadi dasar pernyataan Zeid Ra’ad Al Hussein meminta Aung San Suu Kyi mundur dari jabatannya. Menurutnya, Aung San Suu Kyi semestinya mempertimbangkan kembali jabatannya di pemerintahan Myanmar. </span></p><p lang="zxx"><span>"Dia memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu. Tapi, dia memilih diam. Dia boleh saja tetap diam. Atau lebih baik mengundurkan diri. Dia tidak perlu menjadi juru bicara militer Myanmar. Sebagai seorang pemimpin, dia </span><span>semestinya bisa bertindak lebih tegas," kata</span><span> Zeid Ra’ad Al Hussein </span><span>seperti dilansir </span><i>BBC, </i><span>Kamis (30/8/2018). </span></p><p lang="zxx"><span>Hasil laporan tim pencari fakta PBB tentang kekerasan yang dialami warga <a href="http://news.solopos.com/read/20180828/497/936293/pbb-masa-depan-anak-anak-rohingya-suram">Rohingya</a> seolah menyudutkan Aung San Suu Kyi. Laporan itu menyebut Aung San Suu Kyi gagal menciptakan perdamaian. Padahal, dirinya merupakan pemegang Nobel Perdamaian. </span></p><p lang="zxx"><span>"Semestinya dia mengundurkan diri. Dia seharusnya mengatakan, terima kasih banyak saya akan mengundurkan diri. Saya akan kembali menjadi tahanan rumah. Saya tidak bisa menjadi pelindung saat kekerasan itu terjadi," sambung </span><span>Zeid Ra’ad Al Hussein.</span></p><p lang="zxx">Diutip dari <i>The Guardian, </i><span>Aung San Suu Kyi yang memimpin pemerintahan Myanmar meraih Nobel Perdamaian pada 1991. Dia mendapatkan hadiah tersebut berkat perjuangannya menciptakan demokrasi dan kebebasan. </span></p><p lang="zxx"><span>Penghargaan itu tidak bisa ditarik kembali meski penerimanya tersandung kasus berat. Jadi, sampai saat ini Aung San Suu Kyi tetap memegang penghargaan tersebut meski terus dikritik karena dinilai gagal menentang praktik <a href="http://news.solopos.com/read/20180825/497/936033/2-tahun-lagi-gaza-tak-bisa-dihuni">penindasan</a> terhadap warga Rohingya di Rakhine, Myanmar.</span></p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya