SOLOPOS.COM - Atraksi prajurit Keraton Solo di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta, Sabtu (6/11/2021) siang. (Solopos/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO — Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Paku Buwono atau PB XIII dikabarkan telah menobatkan putranya, KGPH Purbaya, sebagai putra mahkota yang akan menggantikannya kelak.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, penobatan Pangeran Purbaya sebagai putra mahkota dilakukan saat upacara tingalan jumenengan ke-18 PB XIII di Keraton Solo, Minggu (27/2/2022). KGPH Purbaya merupakan anak ketujuh PB XIII.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Selain Purbaya, PB XIII memiliki seorang putra yang lebih tua, anak kelimanya yang bernama KGPH Mangkubumi. Saat tingalan jumenengan atau peringatan ulang tahun kenaikan takhta PB XIII, Minggu, Pangeran Mangkubumi tidak mendapatkan akses untuk masuk ke dalam Keraton sehingga tidak bisa mengikuti acara tersebut.

Baca Juga: Anggota DPRD Solo Ini Khawatir Konflik Keraton Memanas Lagi, Kenapa?

Situasi tersebut termasuk soal penobatan KGPH Purbaya sebagai putra mahkota menimbulkan kekhawatiran beberapa kalangan akan munculnya potensi konflik baru di internal Keraton Solo. Kekhawatiran itu salah satunya diungkapkan anggota DPRD Solo, yang juga kerabat Keraton Solo, Ginda Ferrachtriawan.

Pusat Budaya

“Sekarang Keraton itu jadi pusat budaya, ya mestinya pusat budaya itu harus diselesaikan dulu konfliknya. Bukan malah menobatkan putra mahkota di saat sebenarnya masih ada putra lainnya yang lebih tua dan laki-laki,” kata Ginda saat diwawancarai Solopos.com melalui telepon, Senin (28/2/2022).

Ginda mengakui PB XIII merupakan raja saat ini di Keraton Kasunanan Surakarta. Tapi sebagai raja, PB XIII terikat dengan aturan-aturan atau paugeran yang harus ditaati. Paugeran itu menurutnya baik yang bersifat budaya dan aturan.

Baca Juga: Tingalan Jumenengan PB XIII, KGPH Mangkubumi Tak Diberi Akses Masuk

Ginda menyatakan seharusnya Keraton Solo bisa menjadi contoh bagi masyarakat. Namun dengan apa yang terjadi saat Tingalan Jumenengan PB XIII Keraton Solo kemarin menurutnya malah dapat menjadi potensi konflik berikutnya.

“Konfliknya saja belum selesai. Selama ini masih ada konflik. Bukannya diselesaikan, tapi menurut saya malah menciptakan potensi-potensi konflik baru. [Seharusnya] Konflik ini diselesaikan dulu. Kita tahu betul memang ada konflik,” tuturnya.

Wang Sinawang

Sementara itu, petugas Humas Maha Menteri Keraton Solo KGPHPA Tedjowulan, KP Bambang Pradotonagoro, saat dihubungi Solopos.com, Senin (28/2/2022), enggan berkomentar terkait situasi di Keraton, termasuk soal penobatan putra mahkota.

Baca Juga: Tak Bisa Ikut Tingalan Jumenengan PB XIII, Begini Doa KGPH Mangkubumi

“Saya sementara melihatnya kan posisi sekarang ini no comment dulu, wang sinawang, serta memang Keraton itu [sekarang] baru jadi tontonan. Sudah, tiga poin itu dulu,” ungkap Bambang.

Ditanya apa yang dimaksud dengan istilah wang sinawang, menurutnya, dengan kondisi yang muncul saat ini Keraton sedang menjadi tontonan. “Dengan kahanan saat ini karena itu muncul Keraton baru jadi tontonan. Belum mau menyadari bahwa Keraton itu seharusnya jadi tuntunan. Wang sinawang berarti kita melihat,” tuturnya.

Bambang mengaku sedang menunggu reaksi apa yang akan muncul dalam beberapa waktu ke depan terkait kejadian di Keraton. Ia tidak mau gegabah dengan memberikan banyak komentar yang bisa saja disalahkan. “Saya lebih baik menunggu dulu. Makanya saya wang sinawang, daripada saya komentar salah,” urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya