SOLOPOS.COM - Staf Museum Jogja Kembali mengikuti Pawai Pembangunan 2016 seperti saat melintas di sepanjang Jalan Malioboro, Yogyakarta, Sabtu (20/08/2013). (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Pawai itu dihelat untuk meneguhkan rasa persatuan dan kesatuan di Indonesia.

Harianjogja.com, JOGJA – Ribuan warga dari berbagai elemen masyarakat, pemerintah, TNI dan kepolisian turut serta mendukung pelaksanaan pawai Bhinneka Tunggal Ika, di Sepanjang Jalan Malioboro, Jogja Rabu (30/11/2016). Pawai itu dihelat untuk meneguhkan rasa persatuan dan kesatuan di Indonesia.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pawai tersebut digelar dengan berjalan kaki yang diikuti ribuan warga berasal dari puluhan komponen masyarakat dan organisasi. Mereka banyak yang mengenakan pakaian adat, tetapi yang membuat mereka sama adalah, seluruh peserta pawai mengikatkan kain merah putih di kepala. Mulai dari kawasan Parkir Abu Bakar Ali menuju Kompleks Kepatihan kantor Gubernur DIY dan berakhir di Plaza Serangan Umum 1 Maret atau titik nol Jogja.

Di Plaza tersebut telah disediakan panggung sebagai tempat acara resmi. Sejumlah pejabat forum pimpinan daerah pun hadir. Antara lain, Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Fajar Setiawan, Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dhofiri. Keduanya mengikat kepalanya dengan kain bermotif merah putih. Selain itu hadir pula Plt Walikota Jogja Sulistyo, Wakil Bupati Bantul Halim serta pejabat lainnya.

Setelah orasi kebhinnekaan oleh toko agama, tokoh budayadi atas panggung, acara itu ditutup dengan doa bersama lintas agama. Dalam doa tersebut dipandu oleh 17 pemuka agama dari berbagai kepercayaan yang dianut. Seluruh peserta pawai membubarkan diri dengan tertib sekitar pukul 12.00 WIB.

Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Fajar Setiawan mengapresiasi semangat warga yang secara khusus meluangkan waktu mengikuti pawai tersebut. Kegiatan yang diikuti berbagai latarbelakang itu tak lain untuk menumbuhkan rasa nasionalisme.

“Antusias yang mengikuti sangat tinggi, ini adalah gerakan nasional yang dikumandang seluruh wilayah Indonesia dalam rangka menumbuhkan nasionalisme,” ungkapnya di Plaza Monumen Serangan Umum 1 Maret, Rabu (30/11/2016).

Tak bisa dipungkiri, kebhinnekaan seringkali menjadi produk alergi bagi kaum radikal. Terkait hal itu, menurut Fajar, pimpinan TNI telah memiliki program sosialisasi tentang wawasan kebangsaan. Ia mengakui, radikalisme bisa masuk ke berbagai lini tak terkecuali perguruan tinggi. “Apapun mungkin, karena gerakan radikal itu rapi, apapun bisa direbut oleh mereka selama kita tidak waspada,” kata dia.

Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dhofiri menambahkan, Jogja sebagai kota budaya, kota pelajar dan dikenal sebagai miniatur Indonesia adalah modal utama dalam merajut kebhinnekaan. “Tadi ada orasi dari tokoh agama budayawan, doa bersama itu dalam rangkat merajut kebhinnekaan kita jangan sampai terpecah belah,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya