SOLOPOS.COM - Paus Franciscus (Dok. Solopos.com/Reuters)

Solopos.com, VATIKAN — Pemimpin spiritual Katolik Paus Fransiskus menilai gereja Katolik selama ini mengunci diri dalam hal-hal kecil dan aturan-aturan sempit. Ia lalu mengajak gereja Katolik menghentikan obsesi dalam pengajaran soal aborsi, kontrasepsi, dan homoseksualitas.

Lelaki bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu dalam wawancara dengan jurnal Jesuit dari Italia itu menegaskan keinginan agar institusi yang dia pimpin tidak dengan mudah mengecam sesuatu. Pendeta-pendeta, menurut Paus Francis, perlu mulai membuka diri dan tidak menjadi birokrat dogmatik.

Promosi Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI di Sulawesi Selatan

Dia tidak berharap adanya perubahan mendasar soal pengajaran moral dalam waktu dekat. Namun dalam wawancara tersebut, dia mengatakan bahwa gereja harus menemukan keseimbangan baru antara hasrat untuk menegakkan aturan dengan pengampunan.

Pengakuan, menurut dia, “Bukanlah ajang penyiksaan melainkan tempat di mana keberkatan Tuhan memotivasi kita untuk menjadi lebih baik.”

Pernyataan Paus tersebut disambut baik oleh kelompok Katolik liberal. Di sisi lain, pernyataan itu diperkirakan bakal memicu kekecewaan kalangan konservatif yang sebelumnya telah menyatakan kekhawatiran karena Francis dinilai gagal dalam memperbaiki persoalan yang diwariskan oleh pendahulunya, Bennedict.

Francis merupakan orang non-Eropa pertama dalam 1.300 tahun yang menjadi Paus, yang pertama dari Amerika Latin dan yang pertama dari kalangan Jesuit.

Peran Perempuan

Di sisi lain, dia juga menginginkan peran perempuan yang lebih besar di antara 1,2 juta anggota gereja. Meskipun demikian, Francis menegaskan bahwa larangan wanita untuk menjadi pendeta tidak akan diubah.

Berbeda dengan pendahulunya Bennedict, yang mengatakan bahwa homoseksualitas adalah penyakit intrinsik, Francis bercerita bahwa kelompok tersebut sering mengeluh karena dikecam oleh Gereja dan merasa “terluka secara sosial”. Francis kepada kelompok homoseksual menyatakan, “Gereja tidak menginginkan hal itu.”

Dia kembali mengatakan bahwa bukan merupakan tugas seorang Paus untuk menghakimi kaum gay yang berniat baik dan mengabdi kepada Tuhan. Dalam wawancara yang dipublikasikan Pada Kamis, dia menambahkan, “Agama mempunyai hak untuk mengekspresikan opininya, namun Tuhan menciptakan kita untuk bebas. Adalah hal yang tidak mungkin untuk mengintevensi kehidupan spiritual seseorang.”

Gereja, menurut Francis, harus menjadi “rumah sakit bagi pahlawan yang bertempur”, dan berusaha untuk menyembuhkan luka-luka sosial serta tidak “terobsesi dengan berbagai doktrin yang harus dipaksakan”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya