SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang sakit diabetes tipe 2. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Selama ini banyak yang menganggap sakit diabetes tipe 2 disebabkan karena pola makan tidak sehat dan kelebihan berat badan. Namun, dari penelitian yang dilakukan, penyakit ini juga bisa diwariskan secara genetis.

Penelitian dilakukan ilmuwan Jerman lewat tikus percobaan. Sebagaimana dikutip dari laman P2PTM Kementerian Kesehatan, beberapa waktu lalu, hampir 10 persen penduduk dunia mengidap diabetes tipe 2.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jumlahnya dari tahun ke tahun terus bertambah. Kegemukan dan faktor genetis punya peran besar bertambahnya pengidap diabetes tipe 2. Para ilmuwan menduga ada lebih banyak faktor pemicu kenaikan kasusnya.

Jaga Imunitas Warga, Pemkot Madiun Setiap Hari Bagi-Bagi Telur dan Susu

Di Helmholtz Zentrum, München, Jerman para peneliti melacak teka-teki ini. Untuk itu, mereka membutuhkan percobaan di mana mereka dapat mengendalikan kondisi lingkungannya. Tikus sangat cocok untuk penelitian semacam itu. Metabolismenya berfungsi mirip seperti pada manusia.

Ada tikus kurus dan gemuk, yang mengembangkan jenis penyakit seperti manusia. Termasuk diabetes. Sebagaimana kembar identik, tikus ini semua memiliki gen yang sama. Jika kondisinya berbeda, berarti penyebabnya bukan terletak pada genomnya.

Para peneliti memberi makan tikus dengan diet kaya kalori selama enam minggu. Sebagai dampak pola makan yang salah, tikus menjadi tambun dan mengembangkan gejala diabetes - mirip seperti manusia. Ada dugaan: tikus bisa mewariskan karakteristik ini pada keturunannya.

Mewariskan Diabetes Tipe 2

Pewarisannya hanya bisa lewat sel telur dan sperma. Untuk menyingkirkan pengaruh lainnya dari tikus induk tambun, peneliti hanya mengambil sperma dan sel telur untuk inseminasi buatan.

Jangan Risau Saat Temukan Benjolan Pada Payudara

Setelah itu, 24 jam kemudian telur yang telah dibuahi berkembang jadi embrio tikus. Para peneliti menaruhnya pada rahim ibu pengganti.

Ibu tikus yang dititipi embrio ini sehat dan langsing. Tak hanya melahirkannya, induk titipan ini juga merawat anak-anak tikus. Induk tikus tambun tidak lagi memainkan peranan pada anak-anaknya. Jadi mereka tidak bisa menjadi panutan pola makan yang buruk.

"Kami dapat mengesampingkan, bahwa kontak sosial dengan orang tua, efek rahim atau bahkan selama proses menyusui, memainkan peranan. Kami dapat menyingkirkan kemungkinan bahwa, bakteri usus ditularkan dari satu generasi ke berikutnya. Artinya semua perubahan yang kami amati dari generasi anak tikus ini, hanya berkaitan dengan informasi yang ada di sel germinalnya," sebut Johannes Beckers, peneliti diabetes.

Nyetir Mobil Sendirian Tetap Wajib Pakai Masker, Nanti Kena Razia Loh!

Para peneliti sekarang mengamati perkembangan lebih lanjut dari anak-anak tikus ini, dan membandingkannya dengan anak tikus dari induk yang ramping. Semua mendapat makanan yang sama.

Perlu diingat, tikus-tikus ini secara genetis identik dan tumbuh dalam kondisi lingkungan yang sama. Satu-satunya perbedaan: orang tua biologisnya gemuk atau langsing. Kemudian keturunan tikus gemuk lebih cepat mengidap diabetes, ketimbang anak tikus yang induknya ramping.

Kecenderungan ini hanya bisa diwariskan. Namun, kecenderungan ini didapat dari orang tua yang mula-mula memiliki pola makan yang salah. Ayah dan ibu meneruskan kecenderungan diabetes tipe 2 dan kelebihan berat badan pada anak-anak mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya