SOLOPOS.COM - Ilustrasi memakai masker (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Mematuhi protokol kesehatan 3M menjadi cara ampuh mencegah penularan Covid-19 sebelum vaksin tiba di Tanah Air. Protokol kesehatan itu meliputi memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan serta mencuci tangan pakai sabun.

Pemerintah mengeluarkan Inpres Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19. Inpres itu memberikan wewenang kepada polisi dan Satpol PP untuk memberikan sanksi kepada pelanggar. Pemberian sanksi juga dilakukan oleh sejumlah pemerintah daerah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Indonesia, Doni Monardo, mengatakan konsekuensi dari pelanggaran protokol kesehatan ini mengakibatkan risiko yang sangat besar. Angka kematian bagi komorbid dan kelompok lansia yang terpapar Covid-19 mencapai 80 persen-85 persen.

UMKM Sukoharjo Belum Dapat Bantuan Modal Rp2,4 Juta? Ada Pendaftaran Tahap II Lo!

Ekspedisi Mudik 2024

“Kalau kita bisa menjaga untuk patuh pada protokol kesehatan, kita bisa menyelematkan lebih banyak masyarakat,” kata Doni, dalam jumpa pers yang digelar virtual di Grha BNPB Jakarta, Jumat (9/10/2020).

Kedisiplinan pelaksanaan protokol kesehatan ini bukan tanpa tantangan. Doni menyebutkan survei Balitbangkes menemukan masih ada masyarakat yang yakin tidak ada terpapar Covid-19. Mereka ada di DKI Jakarta 30 persen, Jawa Timur 29 persen, Jawa Tengah 18 persen, Jawa Barat 16 persen dan Kalimantan Selatan 14 persen.

Kemudian, survei terbaru Badan Pusat Statistik menunjukkan ada 17 persen warga Indonesia yang sangat tidak mungkin dan tidak mungkin terpapar Covid-19. Persentase ini setara dengan 44,9 juta penduduk Indonesia dari total populasi 270 juta jiwa.

“Ini adalah sebuah tantangan yang harus kita hadapi. Kenapa ini terjadi? Pertama, masalah sosialisasi. Masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan informasi yang utuh tentang Covid-19 ini,” ujar dia.

Ia mencontohkan Bali berada di urutan 11 dengan 20,7 persen populasi yang menyatakan sangat tidak mungkin dan tidak mungkin terpapar Covid-19. Sementara itu, Bali ini diharapkan menjadi motor dan pelopor upaya penanganan Covid-19. Sebab, Bali memiliki budaya dan tradisi yang sangat kuat dalam kehidupan sehari-hari.

Perankan Diana Spencer Di Film Spencer, Kristen Stewart Merasa Terintimidasi

Patuhi Protokol Kesehatan

Doni mengajak kepada seluruh masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Selama belum ada vaksin dan obat, disiplin terhadap protokol kesehatan menjadi kunci utama selamat dari pandemi Covid-19.

“Jangan anggap enteng Covid-19. Hingga kini belum ada satupun ahli di dunia yang ini yang bisa menjelaskan Covid-19 secara detail seperti penyakit-penyakit lain,” tutur dia.

Doni juga mengajak seluruh komponen masyarakat agar menjaga jarak dan jangan membiarkan terjadi kerumunan. Sebab, dalam kerumunan itu bisa saja ada orang positif Covid-19 namun belum menjalani pemeriksaan. Hal ini bisa menularkan kepada orang-orang tercinta saat pulang ke rumah. Selain itu, risiko akan semakin tinggi jika di rumah itu ada anggota keluarga yang memiliki komorbid atau lanjut usia yang terpapar Covid-19.

“Salus populi suprema lex [esto].Keselamatan rakyat adalah hukum yang tertinggi. Upaya-upaya terjadinya kerumunan harus kita cegah,” pesan Doni.

Tak hanya itu, Satgas Penanganan Covid-19 juga menggandeng Dewan Pers dan media untuk turut menangkal informasi hoaks. Satgas melibatkan 5.800 jurnalis di seluruh Indonesia dalam program perubahan perilaku.

Ia berharap melalui sinergi ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa Covid-19 ini nyata, bukan rekayasa, dan bukan konspirasi. Korban jiwa pada level global mencapai lebih dari 1 juta orang dan lebih dari 35 juta orang terpapar Covid-19.

Sedangkan, di Indonesia, ada lebih dari 300.000 orang terkonfirmasi positif Covid-19 dan 11.000 orang lebih meninggal dunia termasuk para dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas.

Webinar RS Indriati-Solopos: Olahraga Sesuai Kondisi, Ubah Gaya Hidup Kunci Jantung Sehat

Waspadai The Silent Killer

Pada kesempatan itu Doni juga menyatakan keprihatinannya atas aksi demo yang terjadi di sejumlah daerah. Dari informasi yang dihimpun dari sejumlah Polda, demonstran yang ditemukan reaktif dalam rapid test. Selain itu, ada pula hasil swab antigen menunjukkan positif Covid-19. Namun, Doni tak menyebutkan berapa jumlah terpapar Covid-19 dari kelompok demonstran ini.

Berkaca dari kasus ini, Doni berpesan agar masyarakat menghindari dan mencegah terjadinya kerumunan. Sebab, yang berbahaya bukanlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, melainkan orang positif yang belum diperiksa atau disebut orang tanpa gejala (OTG).

OTG ini berpeluang tanpa sengaja menulari anggota keluarga di rumah sesuai beraktivitas di luar termasuk mendatangi demo. Kondisi membikin risiko makin parah saat anggota keluarga memiliki komorbid atau lansia. Tak heran jika Doni menamai OTG ini sebagai the silent killer.

“Ingat, mereka yang mengabaikan protokol kesehatan sehingga menimbulkan korban jiwa bukan hanya dimintai pertanggungjawaban di dunia, tetapi juga di akhirat,” kata Doni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya