SOLOPOS.COM - Ilustrasi/dok

Ilustrasi/dok

JAKARTA—Tubuh memiliki jam biologis alami yang tahu kapan dirinya harus aktif atau beristirahat. Seseorang perlu mengikuti ritme biologis tersebut agar tetap sehat, karena gangguan pada jam biologis ini dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Para peneliti dari Vanderbilt University di Nashville mencoba mempelajari apakah gangguan jam biologis seseorang berpengaruh besar terhadap kesehatannya. Penelitian tersebut melibatkan dua kelompok tikus, dimana kelompok pertama memiliki jam biologis yang normal sedangkan kelompok kedua dibiakkan secara cacat genetik dengan menonaktifkan jam biologisnya.

Peneliti mengukur perbedaan antara aktivitas insulin dan berat badan pada masing-masing kelompok tikus tersebut. Pada tikus yang jam biologisnya terganggu, peneliti menemukan bahwa ada perubahan siklus aktivitas insulin sepanjang hari.

Tikus mampu mengontrol insulin dengan baik ketika dirinya aktif, tetapi jika jam aktif tikus terlalu banyak dalam sehari dan menyebabkan kurangnya waktu istirahat, dapat menyebabkan resistensi insulin. Hal ini menunjukkan bahwa ritme biologis seseorang sangat berperan dalam regulasi insulin.

Tikus yang telah mengalami kerusakan akibat gangguan jam biologis bahkan dapat terjebak dalam modus resistensi insulin selama periode waktu 24 jam. Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah, dan resistensi insulin terjadi ketika tubuh tidak lagi efektif dalam menurunkan gula darah sebagai respon terhadap insulin.

Resistensi terhadap insulin merupakan penanda utama diabetes tipe 2. Temuan ini semakin menambah bukti bahwa hewan dan manusia yang mengalami gangguan jam biologis, misalnya karena perubahan siklus tidur dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2.

“Kebanyakan penelitian mengamati aktivitas insulin pada tikus di siang hari saja, sedangkan penelitian ini memantau aktivitas insulin selama sehari penuh untuk mengetahui kaitannya dengan gangguan jam biologis,” kata Carl Johnson, PhD, penulis studi tersebut.

Peneliti juga mempelajari efek jangka panjang dari gangguan jam biologis tersebut. Kedua kelompok tikus tersebut diberi makan makanan berlemak selama dua bulan lamanya.

Setelah dua bulan, peneliti menimbang berat badan tikus pada masing-masing kelompok dan diketahui bahwa keduanya memiliki berat badan yang hampir sama. Akan tetapi, tikus yang jam biologisnya telah rusak lebih banyak memiliki tumpukan lemak pada tubuhnya dibanding kelompok tikus kontrol.

Temuan ini berlaku juga untuk manusia yang tidak mampu menjaga jam biologisnya, lebih berisiko terhadap diabetes tipe 2 dan kegemukan. Gangguan jam biologis sering terjadi pada orang yang bekerja dengan sistem kerja shift atau wisatawan yang sering mengalami jet lag secara teratur karena sering bepergian.

Penelitian menunjukkan bahwa pergeseran waktu tidur pada pekerja shift malam, membuatnya lebih rentan terhadap beberapa penyakit yang berkaitan dengan obesitas, seperti sindrom metabolik dan diabetes tipe 2. Hubungan ini mungkin disebabkan karena gangguan jam bilogis tersebut mempengaruhi irama sirkardian tubuh, regulasi gula darah dan metabolisme.

Yang perlu Anda lakukan untuk mencegah risiko tersebut adalah dengan memperbaiki jam biologis tubuh. Pastikan bahwa Anda mendapatkan jam tidur yang cukup dan berkualitas. Matikan semua peralatan elektronik dan redupkan lampu kamar ketika Anda akan pergi tidur.

Penelitian tersebut diterbitkan secara online Kamis (21/2/2013) dalam jurnal Current Biology, seperti dilansir Everydayhealth, Jumat (22/2/2013).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya