SOLOPOS.COM - Ilustrasi distribusi elpiji kemasan tabung isi 3 kg (JIBI/Harian Jogja/Dok.)

Saat ini harga di tingkat pengecer bervariasi di tiap-tiap wilayah.

Harianjogja.com, SLEMAN- Kelangkaan gas bersubsidi masih berlangsung. Harga jualnya pun lebih tinggi Rp7.000 dibandingkan harga eceran tertinggi (HET) Rp15.500 per tabung.

Promosi Bukan Mission Impossible, Garuda!

Eko Purnomo, warga Sariharjo, Ngaglik, Sleman mengatakan, stok gas 3kg di sejumlah pengecer habis. Dia mengaku sudah mencari gas tersebut ke sejumlah titik. “Semua pengecer bilang stok habis, sudah empat hari. Saya sudah muter-muter sejak jam 09.00 pagi hingga petang, belum dapat gas juga,” keluhnya kepada Harian Jogja, Kamis (6/10/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Tidak hanya Eko, Annisa Rahmi, warga Babarsari, Maguwoharjo juga mengeluhkan hal yang sama. Sejak kemarin, dia bahkan belum mendapatkan gas yang dimaksud. “Kata pangkalannya, memang ada pengurangan stok dari Pertamina. Gas 3kg katanya mau diganti Brightgas isi 5,5kg. Bahkan katanya bisa tukar tabung gas isi 3kg dengan yang isi 5,5 kg itu,” akunya.

Sulitnya menemukan gas 3kg, berdampak pada naiknya harga gas bersubsidi itu. Kenaikan mencapai Rp7.000 per tabung jika HET gas 3kg dipatok Rp15.500 per tabung. Saat ini harga di tingkat pengecer bervariasi di tiap-tiap wilayah. Antara Rp20.000 hingga Rp22.000 per tabung. Warga menuntut pemerintah dan Pertamina segera menyelesaikan masalah kelangkaan gas 3kg tersebut.

Salah satu penyebab naiknya harga gas tersebut akibat tidak meratanya keberadaan pangkalan gas. Sejumlah lokasi ternyata tidak ada pangkalan gas elpiji sehingga warga terpaksa mencari gas ke luar desa. “Di sini tidak ada pangkalan, jadi kami kesulitan membelinya. Kami berharap stok gas 3kg dinormalkan lagi. Berapapun harganya, sampai Rp25.000 nggak masalah, asal stok gas terpenuhi,” kata Suherman, warga Madurejo, Prambanan.

Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral (SDAEM) Sleman mencatat saat ini terdapat 17 agen gas 3kg yang menyuplai 1.365 pangkalan. Dinas mengakui jika keberadaan pangkalan tidak merata tetapi menyesuaikan dengan kebutuhan. “Pangkalan elpiji bisa langsung bisa melayani para konsumen akhir, bukan hanya pengecer. Harganya harus sesuai HET. Kami tidak bisa mengontrokl harga ditingkat pengecer yang melebihi HET,” kata Kepala SDAEM Sleman, Sapto Winarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya