SOLOPOS.COM - Ilustrasi Waduk Cengklik (Dok/Solopos)

Waduk Cengklik yang menjadi salah satu andalan sumber pengairan petani di Boyolali. Terbatasnya pasokan air akibat musim kemarau panjang membuat petani di sejumlah wilayah berebut air. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

BOYOLALI – Terbatasnya pasokan air irigasi membuat petani di Desa Sembungan, Nogosari, Boyolali bersitegang karena berebut air irigasi yang berasal dari Waduk Cengklik. “Sumur pantek airnya tinggal sedikit sekali, kalau disedot sudah tidak bisa,” ujar Katimin, 58, salah satu petani di Dukuh Sembungan kepada Solopos.com.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut dia, sekarang ada pengairan dari Waduk Cengklik, jadi semua petani berebut ingin mendapat bagian. Padahal kontur saluran air di Sembungan agak naik, sehingga air sulit sampai ke Sembungan yang sebelah timur jembatan. “Petani bagian timur jembatan meminta petani bagian barat jembatan untuk mematikan diesel supaya air bisa mengalir ke timur jembatan. Tapi petani di barat jembatan tidak mau karena sama-sama dapat jatah pengairan. Mati satu, mati semua, hidup satu, hidup semua,” ungkap Katimin pula.

Menurut Tukiman Dwijo Sukarto, 55, petani yang lain, para petani di Sembungan sudah memasang pompa air sejak Selasa (25/9/2012) malam. Tapi air baru mengalir sekitar pukul 03.00 WIB dan bertahan sampai pukul 07.00 WIB, setelah itu tidak ada lagi air yang mengalir ke Dukuh Sembungan. Menurut rencana air irigasi dari Waduk Cengklik akan digunakan petani untuk memanen kacang dan menyirami padi.

Bukan hanya Dukuh Sembungan yang kekurangan air, Dukuh Growong, Desa Sembungan mengalami hal yang tidak jauh berbeda. Air dari Waduk Cengklik alirannya sangat kecil. “Sebenarnya saya belum akan panen kacang, tapi mumpung ada air, jadi saya panen sekarang. Namun belum semua area sawah tersiram, air sudah tidak sampai sini [Growong],” ungkap Rebin, 50, petani asal Dukuh Growong, Sembungan, Nogosari.

Menurut Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A), Samidi, petani tidak perlu risau dan berebut, karena air akan dialirkan sampai Kamis (27/9/2012) pukul 19.00 WIB. Samidi juga mengungkapkan, air masih dimanfaatkan petani di Dukuh Karangjowo, Karangasem, Widoro, Miriguli, Jimbrangan, Gledekan dan Potronayan. “Saat ini air masih dipakai petani di daerah bagian atas. Bahkan ada satu petani yang menyalakan tiga pompa air untuk mengairi sawah. Hal ini terjadi karena saat ini petani memang sangat membutuhkan air, jadi karena takut tidak kebagian mereka rebutan seperti itu. Selain itu, faktor kehilangan air akibat peresapan ke bawah dan ke samping cukup besar, yakni sekitar 40%. Ini juga mempengaruhi besarnya volume air yang mengalir di saluran air. Volume air yang dialirkan dari waduk sebesar 665 liter/detik, tapi yang sampai di sini [Growong] hanya 50 liter/detik,” ungkap Samidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya