SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

WONOGIRI — Suara caci maki dan lecutan tali terdengar di antara rimbun pepohonan di kaki Gunung Gandul, Jumat (29/3/2013). Di tengah kerumuman orang sesosok manusia berjubah putih tergolek lemah. Jubah putih yang dikenakan sosok itu tampak ternoda warna merah. Untuk kesekian kalinya tak ada suara yang keluar dari mulutnya, selain doa agar Tuhan mengampuni semua orang yang menyiksanya. Dialah Yesus.

Penderitaan Yesus belum berakhir sampai di sana. Dia dipaksa memanggul salib dan diarak menaiki jalan setapak menuju hampir puncak gunung. Dalam perjalanan tersebut Yesus kembali disiksa, dihina dan diludahi. Sepanjang perjalanan itu Yesus sempat terjatuh beberapa kali dan berjumpa dengan ibunya. Ada 14 pemberhentian yang harus dilalui. Perjalanan yang diikuti seribuan orang itu berakhir nyaris di puncak Gunung Gandul di mana dua orang sosok lain, murid Yesus, telah disalib. Di tempat itulah, Yesus mengembuskan nafas terakhir.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Iringan doa dari jemaah terus terdengar lembut dan mendalam sepanjang perjalanan. Drama kisah penyaliban Yesus itu memang diperagakan dengan apik oleh Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Wonogiri, sehingga membuat banyak orang larut dalam cerita. Tak ayal sejumlah jemaah Katolik yang hadir menitikkan air mata. Rasa haru, kesal, benci, sekaligus takjub memenuhi hati mereka.
Mereka pun rela berjalan menanjak menuju tempat penyaliban yang jauhnya lebih dari 1 kilometer.

“Saya merinding setiap kali melihat atau mengisahkan perjalanan Tuhan Yesus,” ungkap salah satu jemaah, warga Wonogiri, Santi, saat berbincang dengan Solopos.com, di lokasi, Jumat.

Drama untuk menunjukkan sekaligus membuka kembali kesadaran umat Katolik atas pengorbanan Tuhan mereka itu tak hanya menarik jemaah asli Wonogiri. Sejumlah umat dari Solo dan Sukoharjo juga datang. Tak terkecuali keluarga Gandis, warga Dompilan, Sukoharjo. Dia mengaku datang dengan istri dan anaknya demi mengikuti kegiatan rutin Paskah Jalan Salib di Gunung Gandul. Gandis yakin kedatangan mereka mengikuti kegiatan itu akan semakin mempertebal iman.

Ketua panitia acara, Lilik Dwi Sularyanto, menjelaskan drama kisah Yesus dan jalan salib merupakan agenda rutin yang selalu dihelat setiap tahun, pada Jumat Agung, yakni hari Jumat sebelum misa Paskah pada hari Minggu.

“Ini adalah bagian dari peringatan tiga hari suci, Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah di malam Minggu. Jumat Agung menggambarkan kisah sengsara dan wafat Yesus. Dimulai dari Yesus diserahkan pada prajurit sampai disalib,” terang Lilik.

Menurutnya, jemaah yang hadir semakin banyak dari tahun ke tahun. Kali ini, dia memperkirakan jumlah jemaah mencapai lebih dari seribu orang. Mereka berasal dari hampir semua kecamatan di Kabupaten Wonogiri dan Soloraya. Kegiatan ini, diharapkan dia dapat membangkitkan kepedulian jemaah terhadap penderitaan yang dialami orang lain. Selain itu, dalam doa, jemaah juga melantunkan harapan untuk keselamatan jemaah, bangsa dan negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya