SOLOPOS.COM - Kegiatan paskah yang digelar di sawah di Klaten, Jumat (29/3/2013)

Kegiatan paskah yang digelar di sawah di Klaten, Jumat (29/3/2013)

Jalan becek dan dipenuhi rerumputan yang tumbuh liar itu tak menghalangi niat puluhan warga Desa Ngelinggi, Kecamatan Klaten Selatan untuk pergi ke sawah. Mereka menggunakan sabit, cangkul, dan caping. Namun, kedatangan mereka ke sawah bukan untuk menanam atau memanen padi. Mereka sengaja datang ke sawah untuk menggelar ritual perjalanan salib dalam rangka memperingati perayaan Paskah, Jumat (29/3/2013).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Perjalanan salib kali ini menggunakan 12 titik pemberhentian. Pemberhentian pertama ditandai dengan tanaman dadap serep yang biasa digunakan sebagai obat demam, kepala pening, asma, dan lain sebagainya. Pemberhentian kedua ditandai dengan tanaman katuk yang biasa digunakan untuk sayuran atau gudangan. Pemberhentian ketiga ditandai dengan tanaman ketela pohon yang banyak tumbuh di daerah tegalan. Pemberhentian keempat ditandai dengan batang tebu berwarna ungu yang dipercaya sebagai lambang kesengsaraan. Pemberhentian kelima ditandai dengan pohon kelor yang berkhasiat mampu mengusir serangga.
Pemberhentian keenam ditandai dengan tanaman randu yang menghasilkan kapuk sebagai bahan pembuatan bantal dan kasur. Pemberhentian ketujuh ditandai dengan tanaman kamboja yang bisa diolah sebagai obat nyamuk organik. Pemberhentian kedelapan ditandai dengan tanaman jarak yang dipercaya sebagai penolak petir kala hujan. Pemberhentian kesembilan ditandai dengan tanaman imba atau wimba yang berkhasiat sebagai obat kecing manis. Pemberhentian ke-10 ditandai dengan tanaman cangkring yang berkhasiat mengobati penyakit cangkrang. Pemberhentian ke-11 ditandai dengan tanaman gamal yang biasa digunakan untuk peneduh di kala panas maupun hujan. Sementara di pemberhentian terakhir ditandai dengan tanaman bambu kuning yang biasa digunakan untuk upacara adat dan tolak balak.

Sesampainya di tempat pemberhentian, semua jemaat melantunkan puji-pujian dan doa kepada Tuhan. Diiringi musik tradisional, mereka melantunkan beberapa lagu jalan salib seperti Nderek Gusti, Cacah Tani, Lepetan, Lumbung Desa, Turi-Turi Putih dan lain sebagainya.

“Perayaan Paskah ini kami maknai sebagai pertobatan kongkret di sawah  dengan harapan hasil panen melimpah,” papar panitia penyelenggaran FX Suyoto saat ditemui wartawan di lokasi.

HP Waluyo, salah seorang jemaat mengatakan dirinya pernah mengalami gagal panen hingga tiga kali berturut-turut akibat serangan hama wereng. Dia berharap ritual perjalanan salib di sawah itu bisa mendatangkan panen melimpah.

“Melalui perjalanan salib di sawah ini, kami juga ingin menunjukkan rasa syukur kami kepada Tuhan Yesus,” paparnya.

Perayaan Paskah yang digelar jemaat Gereja Roh Kudus Kebonarum ini lain dari biasanya. Pada perayaan Paskah tahun lalu, warga Desa Ngelinggi ini juga menggelar ritual perjalanan salib dari tempat tinggal menuju Gereja Roh Kudus Kebonarum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya