Solopos.com, SOLO — Tuberkulosis atau TB, merupakan salah satu jenis penyakit yang memerlukan proses pengobatan yang cukup panjang dan harus teratur. Namun bagaimana jika pengobatan tersebut berlangsung selama Ramadan, apakah pasien juga bisa menjalankan puasa?
Hal tersebut dibahas dalam Health Talk Rumah Sakit JIH Solo dengan narasumber Dokter Spesialis Paru RS JIH Solo, dr. Chrisrianto Edy Nugroho, Sp.P., FISR.
Dijelaskan jika sampai saat ini berdasarkan penelitian yang ada, untuk pengobatan TB harus dilakukan secara teratur. Ada obat yang harus diberikan kepada konsumen setiap harinya dengan masa pengobatan minimal enam bulan. Biasanya pada dua bulan pertama ada empat macam obat yang diberikan.
Kemudian masuk bulan ketiga jenis obatnya akan dikurangi, hal itu harus sesuai dengan petunjuk dokter. Namun dalam proses pengobatan tersebut juga harus menyesuaikan kondisi pasien. Sebab mungkin saja ada pasien yang tidak mempan dengan obat yang biasanya diberikan kemudian harus ditambah.
Sementara jika dikaitkan dengan bulan puasa atau Ramadan, pasien TB bisa saja ikut menjalani puasa jika mampu.
“Sebenarnya tidak masalah, selama dari sisi pasien mampu dan kuat untuk melaksanakan puasa. Itu yang bisa mengukur pasien sendiri,” kata dia.
Sedangkan untuk pengobatannya menurutnya sama saja. Dalam pengobatan, pasien bisa meminum obat pada pagi atau siang atau malam hari. Jika biasanya pasien minum obat pada pagi hari, maka ketika ingin ikut puasa bisa menggeser waktu minum obatnya saat sahur atau saat sudah waktu berbuka puasa. “Jadi nanti kalau pagi ya pagi terus, malam ya malam terus,” kata dia.
Namun dia menegaskan, hal itu dapat dilakukan jika pasien mampu. Kecuali jika kondisi pasien yang mengalami kondisi berat, dan memerlukan penanganan khusus. Misalnya pasien yang sampai harus dirawat di rumah sakit atau pasien dengan penyakit penyerta. Untuk memastikan kondisi pasien sebelum menjalani puasa, disarankan melakukan konsultasi dulu ke dokter terkait.
