SOLOPOS.COM - Sejumlah warga berada di depan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Selasa (16/12/2017). (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Pasien RSUD Wonogiri meninggal dunia diduga karena CT scan-nya tertukar.

Solopos.com, WONOGIRI — Seorang pasien RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Simi, 60, warga Widoro, Sidoharjo, Wonogiri, meninggal dunia, Sabtu (16/12/2017) lalu. Keluarga menduga Simi telah menjadi korban malapraktik yang berujung kematian.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Desa Widoro, Katino, mengatakan hasil Computerized Tomography (CT) scan Simi tertukar dengan pasien lainnya yang juga bernama Simi berusia 80 tahun dan beralamat di Kebonagung, Sidoharjo, Wonogiri.

Selain perbedaan alamat, kedua pasien ini memiliki riwayat sakit yang berbeda. “Kalau Simi sini [Widoro] sakit gula [diabetes melitus], sedangkan Simi Kebonagung penyakitnya syaraf otak. Padahal Simi Kebonagung sudah meninggal dunia 40 hari yang lalu,” ujar Katino kepada Solopos.com di kantornya.

Menurut Katino, keluarga Simi menilai penanganan di RSUD tidak sesuai penyakit Simi lantaran CT scan-nya keliru. Hal itulah yang menurut keluarga menjadi salah satu penyebab meninggalnya Simi.

“Padahal alamat dan umurnya berbeda. Simi Kebonagung janda, sedangkan Simi Widoro masih berkeluarga. Bahkan menjadi tulang punggung keluarganya. Anaknya empat, paling bungsu masih SD. Informasinya, RSUD mau memberikan santunan namun sampai sekarang belum ada,” kata Katino.

Sementara itu, Direktur RSUD Wonogiri, Setyorini, menegaskan penanganan pasien sudah dilakukan secara tepat. Namun, dia mengakui adanya keteledoran dari perawat yang menyerahkan CT scan kepada keluarga Simi sehingga salah memberikan CT scan pasien lain.

“Penanganan sudah kami lakukan sesuai penyakitnya. Bahkan, ada lima dokter yang menanganinya antara lain dokter syaraf, penyakit dalam, kulit, dan anestesi,” ujarnya kepada Solopos.com di ruangannya.

Menurutnya, Simi warga Widoro sudah dua kali dirawat di RSUD. Kali pertama pada November 2017 lalu. Sedangkan perawatan kedua, mulai masuk RSUD sejak Kamis (7/12/2017) lalu.

“Saat masuk ke sini 7 Desember kemarin, pasien dalam kondisi kompleks terutama penurunan kesadaran, ada gangguan metabolisme, dan autoimun,” ungkap Setyorini.

Dia menambahkan RSUD langsung melakukan tindakan cepat saat mengetahui kondisi Simi yang kompleks dengan merawat di ICU. Setelah kondisinya membaik, keluarga meminta agar Simi dirawat di bangsal kelas I.

Setelah dirawat di bangsal kelas I, keluarga meminta dipindahkan ke bangsal kelas III. Lantaran pemindahan bangsal itu, RSUD harus memberikan semua berkas kepada keluarga, termasuk CT scan yang keliru, Selasa (12/12/2017).

Setyorini mengungkapkan Simi kembali harus dirawat di ruang ICU karena kondisinya memburuk pada Kamis (14/12/2017). Saat itu, keluarganya sudah menyampaikan komplain mengenai CT scan yang keliru.

“Sudah kami bahas bersama keluarganya. Kami sampaikan penanganan yang kami lakukan sudah tepat, namun keluarga tidak menerima,” ungkapnya.

Keluarga Simi, lanjut Setyorini, sudah membayar biaya perawatan senilai Rp8 juta. Dia berencana mengembalikan biaya perawatan tersebut kepada keluarga Simi, namun ditolak. Dia mempersilakan insiden tersebut dibawa ke ranah hukum.

“Kalau dituntut secara hukum kami bisa membuktikan penyebab kematiannya dengan autopsi,” ucapnya.

Sementara itu, keluarga Simi belum bersedia memberikan tanggapan mengenai hal ini lantaran masih dalam masa berkabung. Keluarga Simi menyatakan bersedia bertemu awak media setelah tujuh hari kematian Simi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya