SOLOPOS.COM - Ilustrasi wabah virus corona (Covid-19). (Freepik)

Solopos.com, SOLO -- Pasien positif corona asal Kelurahan Joyotakan, Serengan, Solo, diduga menjadi super spreader setelah tujuh kontak eratnya dinyatakan reaktif seusai menjalani rapid test.

Pasien yang terkonfirmasi positif corona pada Kamis (7/5/2020) lalu itu diduga tertular saat mengikuti salat tarawih berjamaah di salah satu masjid di dekat rumahnya. Ketujuh kontak erat pria berumur 63 tahun tersebut bahkan sudah berstatus pasien dalam pengawasan (PDP).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seluruhnya dirawat di RSUD Bung Karno, Pasar Kliwon, karena sudah menampakkan gejala sakit. Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani, mengatakan tujuh kontak erat itu terdiri dari keluarga dan satu jamaah masjid yang sama.

Ketahuan Mudik Pakai Sepeda Motor, 7 Orang Ini Langsung Digiring ke Grha Wisata Solo

Ekspedisi Mudik 2024

“Hasil tracing menunjukkan kalau dia kemungkinan terpapar karena kerap berkegiatan di masjid tersebut. Ini yang kami khawatirkan beberapa hari lalu dan ternyata terbukti,” kata dia, dalam jumpa pers di Ruang Natapraja, Kompleks Balai Kota Solo, Rabu (13/5/2020).

Ahyani mengatakan pasien corona asal Joyotakan, Solo, yang tercatat sebagai pasien ke-25 itu bekerja di salah satu toko mebel. Semua kontak erat sudah ikut rapid test dan tujuh di antaranya reaktif.

Tujuh kontak erat itu, usianya masing-masing 33 tahun, dua tahun, 17 tahun, 58 tahun, 37 tahun, 55 tahun, dan 31 tahun. Spesimen lendir hidung/tenggorokan ketujuh orang itu telah diambil dengan cara swab (usap).

Bertemu Gibran di Semarang, Gubernur Ganjar Sampaikan Komitmen Ini Untuk Soloraya

Spesimen itu diuji secara polymerase chain reaction (PCR) di laboratorium RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. “Hasilnya belum keluar,” kata Ahyani.

Kendati sudah ada anggota jamaahnya yang menjadi pasien positif corona, masjid di Joyotakan, Solo, itu masih menggelar salat berjamaah, termasuk tarawih. Pemkot Solo sudah melakukan pendekatan kepada takmir masjid, namun mereka berkukuh.

Protokol Kesehatan

“Masjid seharusnya ditutup dulu kegiatan untuk jamaahnya. Salat di masjid silakan terutama takmir dan marbot yang memang tugasnya jaga di masjid. Jangan sampai jadi klaster baru karena lokasinya di pinggir jalan,” ucapnya.

Pasal-Pasal Mencurigakan di UU Minerba Baru, Untungkan Pengusaha Kelas Kakap

Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Solo, Mustain Ahmad, mengaku sudah berkomunikasi dengan takmir masjid yang sala satu jemaahnya menjadi pasien positif corona di Joyotakan itu. Perwakilan Kemenag dan Muspika Kecamatan Serengan telah menggelar pertemuan hingga dua kali.

Mereka mengimbau pengelola masjid agar meniadakan ibadah berjamaah di masjid tersebut untuk sementara waktu. Pertemuan pertama dilakukan pada Jumat (8/5/2020) pagi dan yang kedua pada sore harinya.

Namun, takmir masjid beralasan telah menerapkan protokol kesehatan sehingga tetap menggelar salat jamaah. Selain itu, mereka menyebut kegiatan ibadah di masjid tersebut adalah keinginan dari jamaah.

Begal Bermobil Rampas Tas Pedagang di Jalan Gemolong-Gabugan Tanon Sragen, Rp2,5 Juta Amblas

Kemenag mengaku tidak berwenang melarang penyelenggaraan ibadah karena Solo tidak sedang menjalani pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

“Upaya persuasif, bujuk rayu kami sampaikan. Jadi agak repot juga. Kami tidak bisa melarang dan hanya bisa mengajak tokoh masyarakat dan tokoh agama, agar lebih berhati-hati,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya