SOLOPOS.COM - Tim pemakaman Pasien covid-19 yang tewas saat kabur dari RSLKC Bambanglipuro, kembali ke RSLKC Bambanglipuro, Selasa (3/8/2021). (Harian Jogja/Jumali)

Solopos.com, BANTUL – Adanya kasus pasien Covid-19 yang mencoba kabur di Rumah Sakit (RS) Lapangan Khusus Covid-19 (RSLKC) membuat Pemkab Bantul pertimbangkan penambahan pagar dan petugas keamanan. Sebelumya kejadian pasien kabur juga sempat terjadi di Selter Niten.

Wakil Bupati Bantul, Joko Purnomo mengungkapkan keprihatinnya atas meninggalnya pasien yang berusaha kabur dari RSLKC. “Kami memang sangat prihatin mendapatkan laporan. Salah satu warga kita pasien Covid-19 mungkin mengalami kejenuhan. Depresi sehingga harus keluar dari rumah sakit. Kemudian terjadi kecelekaan tadi laporannya meninggal, ya kita prihatin,” ungkapnya pada Selasa (3/8/2021).

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Baca juga: Tragis, Terpeleset Saat Kabur Dari RS Lapangan, Pasien Covid-19 di Bantul Meninggal di Kolam ikan

Ekspedisi Mudik 2024

Atas kejadian itu, Joko telah menyampaikan langsung kepada Kepala Dinkes Bantul agar kejadian serupa jangan sampai terjadi lagi. Joko juga akan melakukan koordinasi dengan Satpol PP terkait kemungkinan penambahan pagar di sejumlah selter. Termasuk RS Lapangan Khusus Covid-19

“Kami akan koordinasi dengan Satpol PP nanti. Apakah memungkinkan di setiap RS ditambah pagarnya. Di samping ada satpamnya yang kita perbantukan. Supaya jangan sampai terjadi lagi, ini preseden yang sangat memprihatinkan,” tegasnya.

Psikososial Pasien di RS Lapangan

Baca juga: Dinkes Bantul Pastikan Angka Kasus DBD Pada 2021 Turun

Ketua FPRB Bantul, Waljito pun turut menanggapi adanya kasus pasien Covid-19 yang kabur dari RS Lapangan. Waljito menyoroti aspek psikososial pasien. Menurutnya pasien isoman di rumah maupun selter membutuhkan pendampingan psikososial. “Karena banyak yang melakukan isoman itu justru menuju sakit, bukan menuju sehat,” ujarnya.

“Secara psikologis dia [pasien] merasa bahwa diasingkan, kemudian menjadi beban psikis tersendiri. Sehingga perlu adanya pendampingan psikososial, bisa dilakukan lembaga pemerintah kalau sekarang tidak mampu bisa menggandeng relawan untuk dilatih pendampingan psikososial,” tandasnya.

Hasil kajian tim FPRB terkait kejadian di RS Lapangan, warga yang sedang isoman menemukan banyak yang membutuhkan pendampingan. Karena kondisinya yang bisa drop sewaktu-waktu. “Ada yang mendengar suara ambulans kondisi dia [pasien] langsung drop. Mendengar suara pengumuman kematian atau layatan di masjid-masjid pun kondisinya drop,” tambahnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya