SOLOPOS.COM - Pasar Triwindu Solo (Solopos.com-Dok)

Solopos.com, SOLO — Kota Solo memiliki pasar khusus yang menjual barang-barang antik. Namanya Pasar Triwindu. Lokasinya di Ngarsopuro, Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Pasar ini berada di jantung Kota Bengawan dan tepat di depan Pura Mangkunegaran.

Layaknya etalase penyimpanan barang-barang antik di Kota Solo, para wisatawan yang mengunjungi pasar ini bisa menjumpai segudang barang-barang antik di sana. Pasar Triwindu buka mulai pukul 09.00 WIB sampai 16.00 WIB setiap hari.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pasar ini tidak serta merta menjadi pasar barang-barang antik sejak awal berdirinya. Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Triwindu, Yuliana Kusumaningtyas, menjelaskan pasar tersebut awalnya semacam kandang kuda. “Sebenarnya dulunya bukan pasar,” kata dia kepada Solopos.com pada Sabtu (28/1/2023).

Pasar ini masih menjadi bagian dari tanah milik Mangkunegaran. Keberadaan pasar ini cukup kental dengan nilai-nilai kearifan budaya lokal, sejarah, hingga pariwisata di Kota Solo.

Lokasi tersebut berubah menjadi pasar semenjak perayaan ulang tahun takhta KGPAA Mangkunagoro VII yang ke-24. Angka tersebut merupakan hasil perkalian dari tiga dan delapan. Kemudian lahirlah Pasar Triwindu sebagai hadiah ulang tahun dari ayah ke anaknya. Nama Triwindu merupakan gabungan Tri yang artinya tiga dan windu artinya delapan.

Awalnya, sistem jual beli di pasar Triwindu ini melalui sistem barter karena belum ada mata uang yang sah.”Saling tukar barang, misalnya beras ditukar sayur,” ucap Yuliana.

Pada awal berdiri sampai 1966, barang dagangan yang dijajakan di Pasar Triwindu masih bercampur antara onderdil sepeda motor dan mobil, alat- alat pertukangan, alat-alat rumah tangga, dan beberapa barang antik lain. Namun, barang-barang antik ini sempat hampir tidak ditemukan di pasar Triwindu setelah berdirinya Pasar Sumodilagan pada 1966.

Masih ada barang lama, namun tidak dijuluki barang antik. Barang itu misalnya lampu gantung, perunggu Eropa, keramik dari China, dan lainnya. Sejak 1970, barang-barang tersebut mulai mendapat julukan barang antik.

Mulai sekitar 1990, para pedagang antik mulai berinisiatif memopulerkan produk baru yang bermotif antik seperti mebel dari Serenan dan Jepara.

Sementara, penjualan onderdil dan alat pertukangan mengalami penurunan drastis sejak 1997, tepatnya semenjak adanya Pasar Loak di Banjarsari. Penjualan barang-barang antik di Pasar Triwindu sempat anjlok ketika peristiwa Bom Bali 2002. Peristiwa tersebut sangat memberikan pengaruh negatif.

Pasar ini juga sempat mendapat julukan Pasar Windu Jenar oleh pemerintah Kota Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya