SOLOPOS.COM - Sejumlah pedagang Pasar Ir. Soekarno, Sukoharjo, menggelar pertemuan di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sukoharjo, Sabtu (18/10/2014). (Iskandar/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Sejumlah warga Kampung Kipas RT 002/RW 001, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, mengeluhkan banyaknya pedagang oprokan yang menggelar dagangan di sekitar jalan kampung. Belakangan waktu, puluhan pedagang itu diketahui semula berdagang di Pasar Sukoharjo yang sekarang menjadi Pasar Ir. Soekarno.

“Warga kami yang akan keluar rumah dari pukul 05.00 WIB sampai pukul 09.00 WIB merasa kesulitan. Karena banyak pedagang oprokan yang berjualan di jalan. Bahkan mobil warga ada yang sampai tergores saat lewat di jalan itu,” ujar Ketua RW 001, Nuzul Wahyudi, ketika ditemui wartawan seusai pertemuan dengan Dinas Perindustrian dan Peradagangan (Disperindag) Sukoharjo, di Kantor Disperindag, Sabtu (18/10/2014).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut dia, warga kesulitan menyikapi hal tersebut, karena pedagang oprokan yang mayoritas diduga tak punya izin itu tak bisa masuk ke pasar darurat. Pasar darurat adalah pasar yang disediakan untuk pedagang selama pembangunan Pasar Ir.Soekarno. Pedagang memilih berjualan di jalan Kampung Kipas karena dianggap dekat dengan Pasar Ir. Soekarno.

Nuzul juga menjelaskan banyaknya pedagang oprokan yang menggelar dagangan di jalan kampung membawa beberapa dampak buruk. Di antaranya selokan tak berfungsi akibat tertutup tanah dari pedagang yang menjual ketela di badan jalan.

Warga mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo segera menertibkan pedagang oprokan tak berizin yang memenuhi jalan kampung tersebut. Keberadaan puluhan pedagang oprokan dinilai mengganggu kenyamanan warga.

Dampak lainnya, kata dia, terjadinya kemacetan serta rusaknya taman jalan. Warga sekitar juga sudah enggan bergotong-royong membersihkan jalan, karena trotoar dan badan jalan sudah dipenuhi pedagang.

Nuzul kembali menjelaskan keberadaan tukang parkir di sejumlah lokasi seperti di sekitar pasar bubrah (selatan Pasar Ir. Soekarno) dan di jalan kampung RT 002/RW 001 juga dinilai membuat situasi di kawasan itu semakin semrawut. Terkait itu, Nuzul meminta Pemkab Sukoharjo bertindak tegas terhadap keberadaan pedagang pasar oprokan yang berjualan di trotoar dan badan jalan dengan mengembalikan jalan sesuai fungsinya.

Penggilingan Daging
Selain soal pedagang oprokan, warga RT 002/RW 001 juga mengeluhkan polusi suara akibat beroperasinya beberapa mesin penggiling daging yang ada di dekat rumah warga. Berdasar informasi yang diperoleh, ada enam tempat penggilingan daging yang beroperasi. Diduga mereka belum mempunyai izin usaha. Tapi tetangga kanan-kiri enggan menegur karena khawatir memicu salah paham.

Kepala Bidang (Kabid) Pasar Disperindag Sukoharjo, Dahlia Artiwi, seusai pertemuan tersebut mengatakan Disperindag akan berkoordinasi dengan dinas terkait. “Saya identifikasi dan koordinasi dengan dinas yang menanganinya seperti Satpol PP [Satuan Polisi Pamong Praja] dan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu [KPPT] dulu. Barangkali yang penggilingan daging sudah ada izin. Karena kami belum bertemu dengan mereka,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya