SOLOPOS.COM - Para pedagang, pegiat Formas, dan pejabat Disperindag mengikuti audiensi terkait polemik penataan pedagang Pasar Masaran di ruang serbaguna DPRD Sragen, Rabu (8/2/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Pasar tradisional Sragen, pedagang Pasar Masaran mendatangi DPRD untuk mencari solusi polemik penataan pedagang.

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 30 orang pedagang Pasar Masaran Sragen kembali mendatangi Gedung DPRD Sragen untuk meminta solusi atas polemik penataan pedagang yang hingga kini belum selesai.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mereka ngotot meminta dikembalikan ke posisi semula sebelum pasar direvitalisasi dan menolak tiga opsi yang ditawarkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen. Kedatangan para pedagang didampingi sejumlah pegiat Forum Masyarakat Sragen (Formas) disambut Ketua DPRD Sragen Bambang Samekto dan Wakil Ketua DPRD Hariyanto di ruang serbaguna Gedung DPRD Sragen, Rabu (8/2/2017). (Baca juga: Tuntut Keadilan, 30 Pedagang Masaran Datangi DPRD)

Dalam kesempatan itu, Lurah Pasar Masaran Sumadi diberi waktu memaparkan proses penataan 481 pedagang dengan menunjukkan denah los sebelum dan sesudah direvitalisasi. Sumadi menjelaskan secara detail penempatan pedagang di los darurat dan los yang dibangun dengan dana instruksi Presiden (inpres).

Sumadi memosisikan para pedagang di los inpres pada posisi los di depan sebelah timur dan barat, sedangkan pedagang yang menempati los darurat ditempatkan di tengah, termasuk pedagang oprokan yang menempel di kios juga difasilitasi dengan los di tengah.

Kepala Disperindag Sragen, Untung Sugihartono, menjelaskan lokasi los darurat di tengah tidak berubah luasannya, yakni 1,5 meter x 2 meter. Sementara luas los inpres berkurang dari 2,4 meter x 2 meter menjadi 2 meter x 2 meter.

Para pedagang yang belum terima itu, kata dia, adalah para pedagang yang menempati los tengah. “Saya sudah memberi tiga alternatif solusi atas tuntutan pedagang itu. Pertama, tetap menempati los yang sudah diberikan dan ditata Disperindag dengan pertimbangan sirkulasi pembeli bisa merata ke semua pedagang. Kedua, kami menawarkan adanya los kosong di beberapa lokasi. Dari hasil pendataan pedagang ada 481 pedagang ternyata jumlah losnya mencapai 492 los sehingga yang kosong itu bisa ditempati,” ujar Untung.

Untung menyampaikan alternatif ketiga berupa tawaran menempati los berukuran 1 meter x 1,5 meter yang menempel di kios. Dia menjelaskan alternatif ketiga itu berada di luar konstruksi bangunan.

Dalam pertemuan sebelumnya, ungkap Untung, tiga alternatif itu belum bisa diterima pedagang. Koordinator pedagang Pasar Masaran, Aminudin, tidak menanggapi tawaran Kepala Disperindag Sragen.

Ia justru menyampaikan keinginan 30 pedagang yang merasa diperlakukan tidak adil dan sering kali ditekan pihak pengelola agar mau ditata. “Tuntutan kami itu gampang hanya supaya dikembalikan ke lokasi semula sebelum pasar di bangun. Hanya itu, kalau persoalan tata letak beda tidak masalah tetapi penempatannya seperti dalam denah pasar lama,” ujar Aminudin.

Amin menaruh harapan besar, DPRD sebagai wakil rakyat bisa menyelesaikan persoalan pedagang itu. Namun, Bambang Samekto dan Hariyanto belum bisa memberi solusi atas persoalan penataan pedagang itu.

“Maaf, permasalahan itu belum bisa diselesaikan hari ini. Kami menjadwalkan untuk terjun ke Pasar Masaran pada Senin [13/2/2017] mendatang. Soalnya pekan ini teman-teman legislator masih reses. Kami berdua di sini juga tidak bisa mengambil keputusan. Kami harus hati-hati agar tidak merugikan pihak-pihak terkait,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya