SOLOPOS.COM - Pedagang mengikuti Kirab Kembul Agung di Pasar Gede, Solo, Kamis (12/1/2017). (Nikolous Irawan/JIBI/Solopos)

Pasar tradisional Solo, Pasar Gede, 12 Januari kemarin berulang tahun.

Solopos.com, SOLO — Ulang tahun ke-87 Pasar Gede Solo, Kamis (12/1/2017) dirayakan oleh pedagang.  Tari Braja Dentha mengiringi 87 tumpeng yang dikirab mengelilingi Pasar Gede. Jumlah tumpeng itu menandakan usia Pasar Gede sejak didirikan pada 12 Januari 1930.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pedagang Pasar Gede Solo mengusung tumpeng, Kamis (12/1/2017). (Nikolous Irawan/JIBI/Solopos)

Pedagang Pasar Gede Solo mengusung tumpeng, Kamis (12/1/2017). (Nikolous Irawan/JIBI/Solopos)

Di halaman Pasar Gede, tumpeng-tumpeng itu diletakkan di dua panggung kecil beratapkan langit. Spanduk terpasang persis di atas pintu masuk pasar yang menjadi latar panggung. Pedagang, sopir becak, juru parkir, buruh panggul, semua berkumpul mengelilingi panggung, menanti puncak Kembul Agung perayaan ulang tahun ke-87 Pasar Gede.

Kembul Agung berasal dari kata kembulan dan agung. Kembulan dalam bahasa Jawa dimaknai sebagai makan bersama dalam sebuah wadah besar di suatu tempat tanpa ada sekat baik pejabat maupun masyarakat. Kembulan pagi itu ditandai dengan menyantap tumpeng-tumpeng itu bersama-sama seusai berdoa.

Di tengah-tengah makan bersama, penari Braja Dentha asal Cepogo, Boyolali, unjuk kebolehan. Panggung berupa aspal panas seolah tak dihiraukan penari. Beberapa perempuan pedagang tampak larut ikut menari bersama para Braja Dentha. Senyum mereka tak pernah sirna kendati panas mentari siang menusuk kulit.

Dalam tarian itu dikisahkan sembilan Braja Dentha dikalahkan oleh seorang Anoman. “Tarian ini dipilih sebagai simbol pengusiran nafsu jahat, sehingga pasar menjadi damai, tentram, dan rukun,” kata Wiharto, Koordinator Komunitas Paguyuban Pasar Gedhe (Komppag), saat ditemui wartawan di sela-sela acara, Kamis (12/1/2017).

Hari Kamis 12 Januari 2017, Pasar Gede Solo merayakan hari jadinya. (Nikolous Irawan/JIBI/Solopos)

Hari Kamis 12 Januari 2017, Pasar Gede Solo merayakan hari jadinya. (Nikolous Irawan/JIBI/Solopos)

Wiharto mengatakan Kembul Agung pada perayaan ulang tahun ke-87 pasar karya aristek Belanda Thomas Karsten itu diharapkan menjadi titik tolak kebangkitan pasar tradisional.

Ketahanan Ekonomi

“Pasar punya peran penting sebagai lembaga ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya. Banyak elemen yang menaruhkan harapannya kepada pasar, tak hanya pedagang,” tutur Wiharto.

Sebagai lembaga ketahanan sosial, lanjut Wiharto, pasar bersifat cair. Semua elemen masyarakat dari berbagai etnis, ras, agama, bercampur tanpa ada sekat.

“Seperti di Pasar Gedhe ini. Dulu, tanah ini merupakan ruang terbuka. Oleh Thomas Karsten dibangun pasar dengan arsitektur Hindis campuran Eropa-Jawa dan tumbuh di kawasan Pecinan. Pasar Gedhe menjadi simbol keindonesiaan itu sendiri,” terangnya.

Tak hanya itu, sebagai lembaga ketahanan budaya, pasar hidup dan berkembang beriringan dengan dinamika masyarakat setempat. “Sebagai contoh, pedagang pasar di Solo kebanyakan perempuan,” tutur Wiharto.

Kepala Dinas Perdagangan Solo, Subagiyo, dalam sambutannya berpesan agar pedagang dan seluruh elemen di dalamnya menjaga kebersihan, kemananan, dan ketertiban pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya