SOLOPOS.COM - Pedang Pasar Krempyeng Semanggi, Pasar Kliwon, Solo nekat melanggar ketentuan Pemkot dengan menggunakan tenda untuk berjualan, Senin (29/6/2016). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Pasar tradisional di Solo, Pasar Krempyeng hanya memperbolehkan pedagang memasang payung bukannya tenda.

Solopos.com, SOLO – Sejumlah pedagang Pasar Krempyeng Semanggi yang berada di lahan bekas tempat pembuangan sampah sementara (TPS) Semanggi, Pasar Kliwon, Solo nekat melanggar ketentuan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dengan mendirikan tenda untuk berjualan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com di lokasi, Senin (29/8/2016) pagi, sedikitnya ada tujuh pedagang Pasar Krempyeng Semanggi yang berjualan dengan menggunakan tenda beratapkan terpal. Pengurus Paguyuban Pasar Krempyeng, Kamto, 62, mengakui sejumlah pedagang Pasar Krempyeng telah melanggar ketentuan Pemkot dengan memanfaatkan tenda untuk berjualan.

“Sebagian pedagang terpaksa memasang tenda terpal karena sering kepanasan. Pedagang menyadari telah melanggar ketentuan pemerintah karena memasang tenda. Pak Wali saat meninjau Pasar Krempyeng di sela-sela mider praja pada Juni lalu menghendaki pedagang hanya boleh menggunakan payung. Beliau melarang pedagang mendirikan tenda,” ujar Kamto kepada Solopos.com di Pasar Krempyeng, Senin

Kamto berharap Pemkot memperbolehkan pedagang Pasar Krempyeng menggunakan tenda untuk berjualan. Apabila tidak mengizinkan pedagang memanfaatkan tenda, menurut dia, Pemkot mesti memberi solusi alternatif, seperti memberikan bantuan payung Kamto menyampaikan payung yang dibutuhkan pedagang mempunyai ukuran besar dan kualitas baik.

“Harapan terbesar pedagang sebenarnya pemerintah bisa membangun selter permanen di Pasar Krempyeng. Kalau pun tidak bisa, kami berharap pemerintah memberikan bantuan payung. Payung yang penting berukuran besar dan awet. Pedagang saya rasa siap membongkar tenda apabila sudah mendapatkan jatah payung sesuai harapan,” ujar Kamto.

Kamto menjelaskan alasan Pemkot melarang pedagang Pasar Krempyeng memanfaatkan tenda untuk berjualan karena berpotensi menjadi bangunan permanen yang kurang tertata. Menurut dia, pedagang diarahkan untuk membongkar lapak setiap kali selesai berjualan. Kamto menyebut penggunaan payung dinilai pemerintah akan mempermudah pedagang dalam bongkar-pasang lapak dagangan.

“Pemerintah tidak mengizinkan pedagang mendirikan bangunan permanen di Pasar Krempyeng. Pedagang sudah mengerti soal itu. Maka dari itu pedagang sementara hanya menggunakan tenda yang bisa dilepas kapan saja. Kami juga menggunakan meja dagangan yang bisa dipindah. Ke depan kami berharap pemerintah yang langsunh membuat bangunan permenan di Pasar Krempyeng dengan standar mereka,” tutur Kamto.

Senada, pedagang Pasar Krempyeng lainnya, Maryati, 61, berharap Pemkot menjadikan Pasar Krempyeng sebagai pasar permanen. Pedagang asal Sukoharjo tersebut mengatakan Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo saat meninjau Pasar Krempyeng pada awal Juni lalu pernah menyampaikan rencana memasang paving di lahan bekas TPS Semanggi ini. Menurut dia, pedagang menanti realisasi rencana tersebut.

“Sekarang pedagang ada yang pakai tenda, ada juga yang pakai payung. Kalau kompak memang lebih baik, misanya semua pedagang menggunakan payung atau tenda. Kalau harapan kami sekarang Pasar Krempyeng bisa diubah jadi pasar permenan. Jadi pemerintah membangun kios serupa. Akan lebih bagus kan?” ucap Maryati.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya