SOLOPOS.COM - Seorang pedagang emas Pasar Prambanan hanya tinggal sendiri di lahan relokasi Bokoharjo, Jumat (12/6/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Pasar Tradisional Sleman untuk relokasi di Bokoharjo sepi dari pembeli.

Harianjogja.com, SLEMAN-Tercatat sejak September 2014, pedagang Pasar Prambanan yang menduduki pasar relokasi di daerah Bokoharjo, mulai berpencar ke daerah lain. Hal ini disebabkan sepinya pembeli yang berbelanja di pasar relokasi itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Prambanan Zainudin mengatakan lebih dari 300 pedagang berpindah ke daerah lain yang dipandang ramai.

“Yang pindah ke daerah Kranggan ada 250 pedagang. Sementara yang sampai pasar Nasakom, Klaten ada sekitar 50 pedagang. Ada pula yang jualan di rumahnya sendiri,” kata pria yang biasa disapa Udin, Jumat (12/6/2015).

Daerah Kranggan merupakan salah satu kawasan di samping timur Pasar Prambanan yang saat ini sedang dibangun. Pedagang sembako, bumbu masak, daging ayam dan sapi, memenuhi daerah itu. Bahkan penjual emas ikut beralih dengan membuka lapak di sepanjang areal pembangunan proyek Pasar Prambanan.

Udin mengatakan perpindahan pedagang ke pasar relokasi, resmi dilaksanakan 10 Juni 2014. Hingga Idul Fitri, para pedagang yang berjualan di pasar relokasi itu masih sesuai dengan jumlah keseluruhan pedagang Pasar Prambanan yaitu sebanyak 2.108 pedagang. Namun usai lebaran, konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan pokok semakin menurun, pasar itu pun berangsur-angsur sepi.

“Akhirnya ada yang nekat pindah ke lokasi lain. Alasannya di sini [pasar relokasi Prambanan] sepi jadi cari pendapatan di tempat lain biar bisa bayar hutang,” ungkap Udin di kiosnya.

Udin sempat melontarkan ancaman kepada pedagang yang akan berpindah bahwa mereka tidak akan mendapat tempat di pasar yang baru nanti. Namun sepertinya ancaman itu tak mempan.

“Enggak dapat tempat ya biarin. Nanti tak minta tempat sama lurah,” kata Udin menirukan respon para pedagang. Dari jawaban itu, Udin menduga ada unsur politis yang membuat pedagang memilih keluar dari pasar relokasi Prambanan. Ia menduga, oknum di daerah Kranggan sengaja memberi ruang kepada pedagang karena sebentar lagi oknum yang bersangkutan maju dalam Pilkades.

“Saya melihatnya ada unsur politis. Besok kalau habis pilkades paling juga pedagang pindah ke sini,” ungkapnya. Oleh karena itu, Udin meminta agar Dinas Pasar Kabupaten Sleman untuk bertindak tegas kepada ratusan pedagang yang keluar dari pasar relokasi ini.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pasar Sleman Tri Endah Yitnani berencana akan mempertimbangkan lagi siapa saja yang nantinya layak menempati bangunan baru Pasar Prambanan.

“Ya, tentu ada pertimbangan. Kami prioritaskan untuk pedagang yang manut saja, yang sampai sekarang masih bertahan di pasar relokasi. Kalau bagi mereka yang saat ini keluar, mereka kami jadikan cadangan saja,” jelasnya.

Dinas Pasar mengaku dengan terpecahnya pedagang Pasar Prambanan pengawasan menjadi tidak fokus. Terutama bagi pedagang yang menjual dagangannya sampai Klaten.

“Kalau sampai luar daerah atau yang di rumah-rumah penduduk, kami tidak bisa campur tangan. Tapi kalau yang di dekat Pasar Prambanan atau sekitar utara palang kereta api itu sudah pernah ditertibkan,” jelas Endah.

Sayangnya dampak penertiban itu tidak berlangsung lama. Pedagang yang sempat ditertibkan dan berpindah kembali ke pasar relokasi, akhirnya kembali lagi ke kawasan yang sebelumnya ditertibkan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya