SOLOPOS.COM - Pedagang mulai berjualan di Pasar Srago, Kelurahan Mojayan, Kecamatan Klaten Tengah, Selasa (14/2/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Pasar tradisional Klaten, para pedagang Pasar Srago mulai pindah ke bangunan baru pasar tersebut sejak akhir Januari lalu.

Solopos.com, KLATEN — Sebanyak 497 pedagang mulai pindah dan berjualan di bangunan baru Pasar Srago sejak akhir Januari lalu. Selama hampir dua tahun ratusan pedagang itu berjualan di pasar darurat di lapangan Kelurahan Mojayan, Klaten Tengah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Lurah Pasar Srago, Agus Setiyono, mengatakan pedagang pindahan dari pasar darurat sejak 31 Januari lalu. Ia mengatakan di pasar itu ada 120 pedagang yang menempati kios, 200 pedagang los, dan sekitar 177 pedagang adegan. “Untuk los ada dua blok. Sementara seluruh kios sudah terisi semua,” kata dia saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (14/2/2017).

Pasar Srago menempati lahan seluas 6.906 meter persegi dengan sejumlah sarana penunjang seperti tempat bongkar muat barang, pengeras suara, serta kamera pemantau. Pembangunan pasar itu dilakukan dalam dua tahap yakni tahap I pada 2015 dengan anggaran lebih dari Rp4,9 miliar dari APBD kabupaten dan provinsi.

Sementara tahap II pada 2016 anggarannya sekitar Rp6 miliar dari APBD. “Kondisinya dulu sangat kumuh. Dengan kondisi sekarang yang lebih bersih tentu pedagang antusias menempati pasar yang baru. Kami mengutamakan pedagang lama sesuai daftar yang ada. Jika kelebihan tempat bisa digunakan pedagang baru yang ingin berjualan,” katanya.

Agus menjamin tak ada pungutan liar terkait penempatan pedagang. Ia menegaskan pedagang tak dipungut biaya saat menempati pasar yang selesai dibangun. Terkait retribusi, ia menjelaskan tergantung besar dan kecilnya luasan tempat berdagang. “Retribusi dipungut sesuai perda ada yang Rp1.000, Rp750, ada juga yang Rp1.500,” kata dia.

Disinggung pedagang yang menempati kios, Agus menjelaskan status kios merupakan sewa. Besaran sewa yakni Rp12.000/bulan untuk pedagang yang menempati kios di dalam pasar. Sementara tarif sewa kios di bagian depan pasar Rp24.000/bulan.

“Kios mengharap di luar ada 34 kios. Sisanya ada di dalam pasar. Ukuran kios 3 meter x 4 meter. Pedagang yang menempati kios dikenai biaya sewa bulanan dan retribusi harian. Kalau pedagang yang menempati los dan adegan hanya ditarik retribusi,” urai dia.

Terkait target retribusi pasar, Agus menjelaskan retribusi Pasar Srago ditarget mampu menyumbang pendapatan asli daerah senilai Rp245,9 juta. Ia optimistis mampu meraih target tersebut terlebih aktivitas jual beli di pasar itu hampir 24 jam.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Srago Rukun Makmur, Panut Hadi Lukito, mengatakan selama 19 bulan pedagang menempati pasar darurat. Panut menegaskan tak ada kendala selama proses boyongan ke pasar yang baru selesai direvitalisasi.

“Tidak ada keluhan dari pedagang termasuk saat pembagian kios dan los lancar tanpa masalah. Semua senang karena pasar jadi nyaman dan bersih,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya