SOLOPOS.COM - Salah satu pedagang di Pasar Klitikan Beringharjo, Ari Hastuti, mengecek kondisi barang dagangannya, Senin (5/6/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Pasar tradisional Jogja juga memanfaatkan teknologi informasi.

Harianjogja.com, JOGJA — Salah satu pasar klitikan yang ada di Jogja terletak di Pasar Beringharjo, tepatnya di sebelah utara Pasar Beringharjo Timur. Pasar ini lebih dulu lahir daripada Pasar Klitikan Kuncen dan pasar klitikan lainnya di Jogja.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Seiring bertumbuhnya pasar klitikan-klitikan di Jogja, Pasar Klitikan Beringharjo seakan semakin ditinggalkan konsumennya. Lambat laun banyak pedagang di situ yang akhirnya ikut berpindah mencari lokasi lain yang dirasa lebih strategis dan banyak menarik masyarakat.

Ekspedisi Mudik 2024

Hal itu dikemukakan oleh Ari Hastuti, salah satu pedagang klitikan yang berasal dari Ledok Tukangan, Jogja ini. Di kanan kirinya banyak kios yang tutup meski barang-barang dagangan masih ditinggal oleh pemiliknya. Akhirnya hanya tinggal beberapa pedagang saja yang masih bertahan di situ, termasuk dirinya.

“Kalau kanan kiri tutup, maka membuat citra klitikan Beringharjo sepi. Harapannya kalau memang tidak dipakai untuk jualan lagi, sebaiknya diserahkan pada pasar biar dibuka untuk [pedagang] lainnya. Biar kembali hidup lagi,” kata Ari pada Harianjogja.com, Senin (5/6/2017).

Ia sendiri sudah ikut berdagang sekitar 40 tahun. Awal mulanya ia mengikuti jejak orang tua dan akhirnya bisnis itu ia lanjutkan sampai sekarang. Ia sendiri enggan berpindah ke pasar klitikan lainnya karena tidak mau mengecewakan pelanggan.

Ari mengatakan, meski terbilang sepi, minimal pendapatan yang ia terima per hari sekitar Rp300.000.
“Kan lumayan. Kadang juga Rp1 juta atau Rp750.000,” katanya.

Pelanggannya tidak hanya datang dari Jogja, tetapi justru luar Jogja seperti Lampung dan Bali. Mereka adalah pelanggan lama yang selalu membeli barang-barang klitikan di kiosnya. Tak hanya itu, para pemandu wisata pun kerap mengantarkan wisatawan mancanegara dari Australia untuk berbelanja di tempatnya. Ada yang mencari roda gerobak, besi, timbangan, dan masih banyak lagi. Roda gerobak ada yag dijual Rp350.000 ada pula Rp300.000. Rantai besi kiloan dijual Rp55.000 dan masih banyak varian harga lainnya sesuai ukuran.

Sepinya kondisi Pasar Klitikan Beringharjo juga disampaikan pedagang lainnya, Dian Suryani warga Taman Siswa, Jogja. Padahal menurutnya, Beringharjo justru memberikan pilihan barang yang lengkap, mulai dari peralatan teknik sampai onderdil kendaraan. Mulai barang bekas sampai baru sekalipun.

Dalam kondisi seperti ini, pedagang harus dituntut lebih cerdas dalam berbisnis. Kemajuan gadget menurut Dian harus dimanfaatkan. “Maka tiga tahun ini saya juga jualan lewat online. Karena [penjualan] bisa sampai Kalimantan, Papua, dan mana-mana. Jangkauan promosinya kan lebih luas,” katanya.

Selain itu, ia juga berani memberikan jaminan, jika ada barang yang rusak bisa dikembalikan. Uang yang telah ditransfer oleh konsumen, pasti akan langsung ditanggapi dengan pengiriman barang. Atas formula yang ia lakukan itu, dalam sebulan ia bisa meraup keuntungan sampai Rp8 juta.

Ia juga mengimbau, bagi masyarakat yang membutuhkan barang-barang klitikan bisa langsung mendatangi pedagang ke kios. “Jangan lewat calo, langsung ke pedagang saja,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya