SOLOPOS.COM - Beragam jenis burung kicauan dijual di Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (Pasty), Selasa (13/6/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Pasar tradisional Jogja, Pasty menyediakan aneka jenis burung

Harianjogja.com, JOGJA — Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (Pasty) yang terletak di Jl. Bantul Km.1 menyediakan beragam jenis burung dengan harga yang bervariasi. Diprediksi pada liburan Lebaran nanti permintaan burung dari para pemudik akan meningkat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Wardiyo, salah satu pedagang di Pasty mengatakan, kondisi penjualan burung saat Ramadan seperti ini cenderung sepi. Selain karena puasa, masyarakat juga sedang memprioritaskan uang untuk mencukupi biaya pendidikan anak. Karena sepinya pengunjung,ia pernah tidak menerima pendapatan sama sekali dalam sehari.

Pria asal Imogiri ini menyediakan beragam burung kicauan dengan kualitas dan harga yang berbeda. Untuk kelas menengah ke bawah, ia memiliki koleksi burung Kacer yang dijual sekitar Rp500.000.

“Itu [Rp500.000] kalau kicauannya sudah jadi. Kalau yang kelas atas yang [kicauannya] sudah jadi ya Cuca Rowo sekitar Rp5 juta,” tuturnya pada Harianjogja.com, Selasa (13/6/2017).

Ratusan jenis burung ia pajang di kios bernomor 19 itu. Di antaranya Podang, More Batu, Prenjak, sampai Ciblek. Ia mendapatkan burung-burung tersebut dari para pemburu, peternak, dan juga dari kolektor burung yang menjual hewan peliharaannya.

Ia tahu betul menjual satwa burung memiliki risiko yang tinggi. Selain satwa lepas, burung juga bisa mati. Namun ia menilai berbisnis burung cukup menguntungkan karena saat ini banyak orang yang ikut kegandrungan mengoleksi burung.

Selain satwa, Pasty juga menyediakan sangkar dengan beragam model. Elok Karima, salah satu pedagang sangkar asal Sumatera Barat yang sudah berjualan di Jogja sejak 1998 ini menjual sangkar burung dari ukuran kecil sampai besar.

“Yang paling murah ukuran kecil Rp25.000,” tuturnya.

Sangkar-sangkar tersebut ada yang terbuat dari bambu dan ada pula yang terbuat dari jati. Harganya sangat tergantung pada tingkat kehalusan dan kerumitan desain.

Elok mengatakan, kondisi bisnis sangkar di Jogja semakin meredup karena jika dibanidingkan dengan tahun 1998, omzetnya menurun drastis. Dulu, ia bisa menerima omzet sampai Rp5 juta per hari tetapi saat ini hanya Rp500.000. Menurutnya saat ini kompetitor semakin banyak. Kalangan anak-anak pun juga sudah piawai membuat sangkar sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya