SOLOPOS.COM - Presiden Jokowi mengunjungi dan meresmikan Pasar Sambi, Boyolali, Senin (30/1/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Pasar tradisional Boyolali, 32 kios atau 50% total kios di Pasar Sambi belum dipakai berjualan.

Solopos.com, BOYOLALI — Sebanyak 32 unit kios atau sekitar 50% dari total 63 kios di Pasar Sambi Boyolali belum ditempati para pedagang. Belum tersedianya air bersih di dalam pasar menjadi salah satu penyebabnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Petugas Pasar Sambi, Ruzu, mengatakan total jumlah pedagang Pasar Sambi mencapai 500-an orang. Dari jumlah tersebut, 314 pedagang memiliki surat izin dasaran tetap (SIDT), 63 pemilik kios, serta satu orang pemilik toko. Jumlah pedagang oprokan mencapai 160-an orang.

Ekspedisi Mudik 2024

“Ada 30-an lebih kios yang belum dibuka sejak diresmikan dua pekan lalu. Penyebabnya macam-macam, salah satunya belum tersedianya air bersih di dalam pasar,” ujarnya kepada Solopos.com, Selasa (7/2/2017). (Baca: Jokowi Borong Tempe Buntel di Pasar Sambi Boyolali)

Menurut Ruzu, pasokan air bersih di dalam pasar sangat vital. Tanpa ketersediaan air bersih, baik di kamar mandi, musala, atau kios, membuat pasar tak nyaman. “Harapannya sih, layanan PDAM segera masuk ke dalam pasar,” paparnya.

Ruzu belum bisa memastikan sampai kapan pedagang bisa kembali berjualan secara normal. Yang jelas, pengelola pasar tak memberikan batas waktu kepada pedagang untuk kembali berjualan.

Pantauan Solopos.com, pasar yang baru saja diresmikan itu dilengkapi musala, ruang menyusui, serta ruang khusus merokok. Selain itu, pasar yang dibangun dengan anggaran Rp6 miliar itu juga dilengkapi belasan kamera pengintai atau closed circuit television (CCTV). (Baca: Pasar Sambi Dilengkapi 16 Kamera CCTV dan Ruang Laktasi)

Tak hanya itu, pasar percontohan itu juga bakal menerapkan retribusi secara elektronik (e-retribusi). Lurah Pasar Sambi, Sunu Hadi Riyanto, mengatakan sistem e-retribusi akan menggantikan pola lama pembayaran retribusi dengan menggunakan karcis.

Pembayaran retribusi nanti tidak lagi menggunakan uang tunai kepada petugas, melainkan dengan kartu semacam kartu ATM [anjungan tunai mandiri] yang dipegang masing-masing pedagang.

Sistem e-retribusi, kata dia, akan diuji coba di Pasar Sambi. Jika uji coba ini berhasil, sejumlah pasar tradisional di Boyolali akan mencontoh pola tersebut.

“Jadi, tidak lagi ada petugas bawa uang recehan hasil menarik uang kepada pedagang. Uang retribusi pedagang akan langsung masuk ke Pemkab melalui rekening,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya