SOLOPOS.COM - Salah satu penjual kerupuk, Suharni (kiri), melayani pembelinya di Pasar Senggol, Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Klaten, Minggu (3/11/2013). ( Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

 Salah satu penjual kerupuk, Suharni (kiri), melayani pembelinya di Pasar Senggol, Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Klaten, Minggu (3/11/2013). ( Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)


Salah satu penjual kerupuk, Suharni (kiri), melayani pembelinya di Pasar Senggol, Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Klaten, Minggu (3/11/2013). (
Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Sinar matahari sudah terasa hangat di kulit, Minggu (3/11/2013). Namun, pasar yang ada di Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Klaten masih terlihat biasa saja, tidak begitu ramai oleh pembeli.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Bangunan pasar itu terlihat sudah berumur. Belasan kios yang ada di pasar tersebut juga terlihat sudah usang. Sementara, tiang penyangga bangunan pada los pasar sudah terlihat lapuk. Beberapa genteng pada los pun ada yang pecah dan tidak terawat. Bahkan, beberapa los yang ada di pasar tersebut terlihat kosong tidak digunakan penjualnya berdagang.

Ya, pasar itu adalah Pasar Senggol. Pasar pagi yang dimiliki Desa Drono itu memiliki luas kurang dari 400 meter persegi. Salah satu pedagang di Pasar Senggol, Suharni, 56, mengatakan pasar tersebut sudah ada sejak 1950-an.

“Dahulu ramai sekali pasar ini, tapi sekarang sepi. Penjualnya dan pembelinya berkurang, tidak seperti sebelum tahun 1990-an,” katanya saat ditemui Solopos.com, Minggu.

Menurutnya, pasar tersebut kini memiliki kurang dari 50 pedagang. Jika dahulu orang harus berdesakan saat di pasar, kini pembeli dan penjual tidak perlu lagi bersenggolan.  Pasalnya, pasar tersebut sudah sangat longgar karena cukup sepi. Pasar Senggol sendiri memiliki berbagai macam komoditas barang yang diperjual belikan, hampir sama dengan pasar tradisional pada umumnya. Ada bumbu dapur,  pakaian, buah-buahan, sayuran, hingga aneka lauk pauk tersedia.

Suharni mengaku tidak pernah menyerah dengan keadaan pasar tersebut. Bahkan, dia mengaku terus berdagang meski kondisi pasar basah kuyup saat diguyur hujan. “Saya syukuri, selama ini penghasilan saya selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan,” kata penjual kerupuk tersebut.

Sementara, pedagang yang lain, Tarmini, 50, mengatakan Pasar Senggol menjadi tumpuan perdagangan bagi masyarakat yang ada di Desa Drono maupun Desa Candirejo.  “Sebab, paling yang membeli juga masyarakat sekitar. Pasar tradisional lain seperti Pasar Jurangjero dan Pasar Klaten Kota cukup jauh dijangkau,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya