SOLOPOS.COM - Pedagang pakaian di Pasar Semin berkumpul sambil membereskan barang dagangan, Kamis (16/1/2014). (JIBI/Harian Jogja/Ujang Hasanudin)

Pasca-kebakaran Pasar Semin akhir tahun lalu, suasana jual-beli di pasar itu belum ramai seperti biasanya. Beberapa pedagang bahkan seharian tidak laku dagangannya. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harianjogja.com, Ujang Hasanudin.

Sutar, 55; Yati, 57; dan Aspuah, 50, asyik mengobrol, Kamis (16/1/2014), sekitar pukul 13.00 WIB, di tengah-tengah los Pasar Semin yang tidak terpakai. Dua hari sejak api menghanguskan kios mereka, Sutar mulai berjualan kembali.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sesekali tawanya pecah sampai megundang perhatian sejumlah pekerja bangunan yang sedang mengerjakan pasar darurat yang dibangun Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, yang berdekatan dengan tempat mereka berjualan.

Para pedagang ini seolah ingin melupakan tragedi kebakaran yang membuat mereka merugi ratusan juta rupiah. “Ya daripada bengong mending tidak ada pembeli, kami kumpul-kumpul,” ucap Sutar berkelakar.

Suasana Pasar Semin siang kemarin sepi, hanya ada beberapa pembeli. Itu pun terpusat di depan pasar, di areal lahan parkir. Suasana di belakang pasar lengang.

Sejak pagi hari, Sutar mengaku belum ada satu pun pembeli yang melihat-lihat pakaian dagangannya.
Selain sepi mereka juga dipusingkan dengan bau tak sedap yang ditimbulkan dari sisa makanan di antara puing-puing yang terbakar yang dihinggapi lalat.

Namun, Sutar tidak ada pilihan selain bertahan untuk mencari penghasilan. Ia hanya berharap pasar darurat segera selesai.

Yati juga demikian, harus menunggu kesabaran menanti pasar darurat agar penghasilannya bisa normal kembali. Paling tidak untuk menutupi utang di bank. Untuk jumlah dagangan pakaian tidak sebanyak biasanya.

“Sedikit saja belum laku, banyak menganggurnya,” ucap dia. Yati tidak berani mengambil pakaian banyak karena tidak ada modal untuk kulakan.

Sepinya pembeli juga tidak hanya dirasakan oleh para pedagang pakaian. Pedagang sayuran dan bumbu dapur juga merasakan hal yang sama. Biasanya mereka bisa memperoleh pendapatan Rp500.000 sampai Rp1 juta per hari.

“Sekarang untuk dapat Rp100.000 saja susah,” ucap Ngatminingsih, 45, pedagang bumbu dapur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya