SOLOPOS.COM - R Lukman Fauroni, Dosen IAIN Surakarta, Kandidat doktor Ekonomi Islam (ist)

R Lukman Fauroni, Dosen IAIN Surakarta, Kandidat doktor Ekonomi Islam (ist)

Masih ada  anggapan  antara bank syariah dan konvensional sedikit perbedaannya. Keduanya lembaga perbankan tempat menabung, deposito atau meminjam dana dengan penetapan keuntungan tertentu bagi bank.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di bank konvensional disebut bunga, di bank syariah disebut margin atau bagi hasil. Istilah margin cenderung masih asing, sehingga tak jarang masyarakat menyebutnya bunga juga.

Penyebutan margin sebagai bunga tidaklah tepat. Pembedanya jelas. Bunga dipastikan di awal dan   terpengaruh suku bunga yang ditetapkan bank Indonesia. Margin  bersifat  fleksibel. Di antaranya dipengaruhi kinerja bisnis nasabah dan modal serta keuntungan yang diperoleh bank syariah.

Ekspedisi Mudik 2024

Mengubah kebiasaan apalagi  pola berpikir memang tidak  mudah. Hal itu terkait erat cara pandang, kebiasaan bahkan budaya tertentu.

Pada poin inilah, penggunaan  pendekatan ekonomi dan budaya dalam edukasi dan sosialisasi produk dan sistem bank syariah menjadi agenda penting. Pangsa pasar bank syariah belum mencapai target yang dicanangkan.

Pertumbuhannya menjelang akhir tahun ini belum memuaskan. Menurut data Bank Indonesia,  kinerja bank syariah di Soloraya pada September 2011 baru mencapai total aset Rp 2,06 triliun. Tumbuh 29,15%. Sedangkan secara nasional Rp 123 triliun dan tumbuh 40%. Bandingkan dengan aset perbankan nasional akhir tahun lalu yang mencapai Rp 2.856,27 triliun.

Pencitraan bank syariah sebagai beyond banking  atau lebih dari sekadar bank tampaknya belum dirasakan secara masif. Padahal dari sisi produk saja mempunyai perbedaan yang tegas.

Di bank konvensional nasabah tidak bisa menggadaikan emas, menyerahkan harta wakaf atau zakat, infak dan sedekah. Itulah di antara pembedanya, di samping hal lain menyangkut sistem, perlakuan pada nasabah, denda dan lain-lain. Namun, sekali lagi, mengapa pembeda-pembeda seperti  itu belum memasyarakat?

Selama ini, pasar perbankan syariah tampaknya masih didominasi oleh  pasar emosional.  Menjadi nasabah bank syariah belum didasarkan  pada keunggulan dan nilai tambah ekonomi dibanding bank konvensional. Pilihan atas bank syariah pada masyarakat lebih didasarkan ”rasa” keagamaan,  melalui  pintu masuk sisi emosional.

Bunga adalah riba yang haram. Pemakan riba seperti orang gila. Hidup akan menjadi lebih berkah tanpa riba dan lain-lain.

Pola sosialisasi demikian, hemat saya, kurang prospektif. Bank syariah merupakan lembaga bisnis keuangan yang punya keunggulan sistem dan nilai ekonomi termasuk dalam hal risiko kerugian.

Sudah seharusnya perluasan pasar bank syariah dilakukan dengan pendekatan rasional-ekonomi. Masyarakat kini mudah menerima sesuatu yang baru bila dirasakan ada nilai tambahnya. Lebih khusus bila terkait keuntungan ekonomi. Maraknya investasi emas murni kiranya memperlihatkan gejala tersebut.

Keunggulan
Dari sisi sistem, dana yang ditabung atau deposito  di bank syariah lebih aman. Peminjam dana dipersyaratkan kejelasan  peruntukan dana. Untuk keperluan membeli mobil atau rumah,  bank bertindak sebagai penjual kedua, sementara nasabah sebagai pembelinya.

Sistem ini mencegah penggunaan dana diluar peruntukan yang telah disepakati, apalagi untuk transaksi spekulasi atau jual-beli valas. Apabila para periode tertentu  sisa kewajiban pinjaman ditutup oleh nasabah, bank tidak mengenakan margin pada sisa waktu karena akadnya berakhir ketika ditutup.

Ini sangat berbeda dengan bank konvensional yang pada umumnya menggunakan sistem anuitas. Untuk keperluan modal kerja (mudarabah/musyararakah) bank dan nasabah diposisikan sebagai pemilik modal, sehingga keduanya berhak mendapat bagian (porsi) dari keuntungan usaha.

Pada bank syariah, karakter nasabah lebih  dinomorsatukan dibanding  nilai jaminan. Nasabah diposisikan sebagai mitra fungsional yang dapat memilih  produk dan konsekuensinya, termasuk plus-minus nilai ekonominya. Inilah di antara bukti  sistem  profit sharing (berbagi keuntungan).

Anggapan persyaratan lebih ketat dalam pengajuan pembiayaan di bank syariah justru  menjadikan risiko kerugian bank syariah lebih kecil dari perbankan konvensional. Peminjam yang dinilai tidak cacat dalam praktik usahanya akan mendapat prioritas.

Kinerja bisnis suatu bank syariah, termasuk perolehan keuntungan, akan berpengaruh langsung kepada nasabah. Demikian sebaliknya bila kinerja bisnisnya menurun. Dari situlah  mengapa bagi hasil untuk nasabah tabungan dan deposito bisa lebih besar dari  bunga di bank konvensional.

Secara historis, kawasan Soloraya punya ikatan nilai historis yang kuat dengan praktik ekonomi dan bisnis berbasis Islam yaitu Syarikat Dagang Islam (SDI).

Namun, mengapa kekuatan fakta itu belum berkesinambungan dengan pertumbuhan pasar bank syariah. Perluasan pasar bank syariah harus mengedepankan edukasi dan sosialisasi  berbasis ekonomi Islam dengan pendekatan rasionalitas konsekuensi ekonomi dan bisnis. Selain itu, untuk konteks regional jangan dilupakan pendekatan budaya.

Menurut Dian Nafi (2011), masyarakat Soloraya dapat dipetakan menjadi tiga tipe. Pertama, masyarakat inti yang  berkarakteristik pemelihara dan  penjaga budaya asli Solo. Kedua, masyarakat campuran  bercirikan asimilasi budaya luar Solo dan asli Solo. Ketiga, masyarakat umum selain dua tipe tersebut.

Berdasar tipologi tersebut, edukasi dan sosialisasi bank syariah mengharuskan penekanan yang berbeda. Namun, kekuatan kultur bisnis dan industri menjadikan masyarakat Solo menjadi sangat rasional terutama dalam hal yang terkait bisnis. Pasar bank syariah kiranya baru masuk ke masyarakat tipe ketiga dan sebagian tipe kedua.

Berdasar hal itu, edukasi dan sosialisasi bank syariah disamping mengedepankan aspek rasional ekonomi, akan lebih efektif bila melakukan sindikasi dengan pranata-pranata sosial ekonomi dan budaya.



Demikian pula dengan lembaga pendidikan formal, terutama tingkat menengah dan perguruan tinggi, memiliki peran strategis. Jalur pendidikan merupakan jembatan emas untuk melakukan perubahan mindset. Implementasi pengajaran ekonomi berbasis keislaman dan keindonesiaan termasuk bank syariah menjadi penting.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya