SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL: Pedagang di Pasar Piyungan menjadi sasaran empuk para rentenir dengan bunga yang mencekik. Akibat ulah rentenir itu ada pedagang yang bangkrut karena seluruh jualannya dipakai untuk membayar hutang.

Anehnya, pedagang pasar enggan menyebutkan dirinya menjadi korban rentenir ketika ditanya oleh pengelola pasar ataupun wartawan. Di salah satu sudut pasar, Marsudi,55, mengelak tidak menggunakan jasa rentenir. Padahal tetangga sebelahnya Umiyatun mengetahui jika pagi hari Marsudi mengantre membayar hutang kepada rentenir.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Bahkan hal ini juga dibenarkan oleh Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Piyungan Sukarno. Tiap pagi, Marsudi terlihat selalu membayar ke rentenir, bahkan tidak hanya satu rentenir saja, melainkan lebih dari tiga.

Ekspedisi Mudik 2024

Menurut Sukarno kebanyakan pedagang di Pasar Piyungan menggunakan jasa rentenir, tapi tidak mau mengakui lantaran malu. Padahal petugas pasar sudah berulang kali memperingatkan agar jika mau berutang disarankan melalui lurah pasar yang nantinya akan dicairkan dengan dana bergulir dari anggaran daerah.

“Pasar Piyungan mendapatkan dana bergulir pada tahap pertama sebesar Rp200 juta. Pedagang yang berutang tidak dikenai bunga, tapi membayar administrasi yang langsung dipotong dari pokok hutang,” ujarnya saat ditemui Harian Jogja, Kamis(9/6).

Jumlah pedagang di pasar, katanya, lebih dari seribu. Pedagang yang telah mengajukan hutang sekitar 800 pedagang.”Kami utamakan bagi pedagang yang terjerat rentenir. Pokok hutang maksimal Rp1 juta,” ujarnya.(Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

Foto Ilustrasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya