SOLOPOS.COM - Kebakaran Pasar Mebel, Ngemplak, Banjarsari, Selasa (6/5/2014). (JIBI/Solopos/Rudi Hartono/dok)

Solopos.com, SOLO— Pemkot Solo tengah mengkaji sejumlah alternatif lokasi untuk pengembangan Pasar Mebel, Ngemplak. Kawasan ringroad Mojosongo menjadi salah satu titik yang ditimbang untuk lokasi produksi pedagang pasar. Hal itu menyusul wacana pemisahan lokasi showroom dan produksi Pasar Mebel akibat kebakaran, beberapa waktu lalu.

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, mengatakan ada sejumlah pilihan lokasi yang dapat digunakan sebagai tempat produksi Pasar Mebel. Dari deretan opsi yang ada, Wali Kota mengatakan kawasan Mojosongo paling realistis untuk dipilih. “Lahan di sana masih memadai. Kemungkinan bisa dipindah ke sana (Mojosongo),” ujar Rudy, panggilan akrabnya, saat ditemui wartawan di Balai Kota, akhir pekan lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain ketersediaan lahan, Rudy mengklaim wilayah Mojosongo cukup strategis untuk dimanfaatkan sebagai lokasi produksi pedagang. Sebab, jarak antara lokasi tersebut dengan Pasar Mebel tak begitu jauh. Wali Kota mengatakan lahan yang diincar di Mojosongo merupakan milik Pemkot. “Hal ini segera kami komunikasikan dengan pedagang,” ucapnya.

Meski telah menentukan opsi, pihaknya tetap terbuka dengan masukan pedagang. Wali Kota berupaya mengakomodasi keinginan pedagang asalkan mereka setuju dengan pemisahan lokasi produksi dan showroom mebel.

“Kalau menolak di Mojosongo tidak apa-apa, nanti dicari solusi lain. Yang penting pedagang jangan semaunya sendiri. Pemkot berupaya seperti ini karena pengin pasar lebih aman.”

Wali Kota meyakini ancaman kebakaran di pasar setempat bisa dikurangi jika wacana pemisahan terealisasi. Pihaknya berkomitmen menganggarkan dana pembangunan pada APBD 2015 apabila pedagang sepakat dengan konsep baru tersebut. “Untuk pasar darurat, kami masih menunggu mekanisme anggaran perubahan 2014 atau dana tak terduga,” kata dia.

Sementara, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Mebel Ngemplak, Sidik Budi Santoso, mengakui sempat ada penolakan dari pedagang atas konsep baru yang ditawarkan Pemkot. Menurut Sidik, waktu itu pedagang belum sepakat dengan wacana pemisahan showroom dan lokasi produksi.

“Pascakebakaran 2008 sempat ada konsep pengembangan pasar yang ditawarkan. Karena pedagang belum sepakat, pembangunannya jadi mundur,” terangnya.

Saat ini pihaknya menyerahkan sepenuhnya kebijakan pasar kepada Pemkot. Sidik hanya berharap seluruh pekerja pasar yang berjumlah 500 orang dapat bekerja seperti semula.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya