SOLOPOS.COM - Kobaran api yang membakar Pasar Klitikan, Pakuncen, Wirobrajan, Jogja, Kamis (18/9/2014) malam. (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, JOGJA-Kebakaran yang menghanguskan Pasar Klitikan, Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Jogja, Kamis
(18/9/2014) tengah malam menyisakan penderitaan bagi sejumlah pedagang. Mereka kebingungan membayar angsuran bank.

Jumat (20/9/2014) lewat tengah malam. Jarum jam menunjukkan pukul 00.30 WIB. Chandra tengah tertidur pulas di kediamannya di Brosot, Kulonprogo ketika telepon selulernya tiba-tiba berdering. Pria berusia 32 tahun itu terbangun dan menyambar telepon. Layar ponsel memperlihatkan nama rekannya sesama pedagang di Pasar Klitikan, tempat Chandra sehari-hari berjualan helm. Dia langsung memencet tombol “terima” dan suara dari rekannya di ujung telepon mengabarkan sebuah musibah. Pasar Klitikan terbakar, tak terkecuali kios yang ditempati Chandra.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tanpa pikir panjang, pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah itu pun bergegas pergi ke pasar yang menghidupinya. Sampai di pasar, badannya lemas setelah melihat empat kiosnya tinggal puing-puing. Nyaris semuanya hangus. Hanya pagar besi penutup kios yang masih kokoh berdiri. Ratusan helm berbagai merk yang menjadi barang dagangannya tak tersisa. Empat kios yang dibelinya sejak tiga
tahun lalu itu tak bisa dipakai. Kerugian yang diderita Chandra mencapai Rp150 juta.

“Ini musibah,” ucap dia kepada Harianjogja.com.

Dia masih kebingungan untuk memulai lagi usahanya. Ayah seorang anak ini harus tetap berjualan karena memiliki utang di bank yang harus dia angsur setiap hari.

“Setiap hari saya punya angsuran Rp1 juta,” kata Chandra.

Angsuran itu untuk modal usaha empat kiosnya. Modal membeli helm dan membayar karyawannya. Sementara, ia belum memiliki gambaran untuk berjualan di lokasi lain. Chandra belum tahu apakah bank bisa memaklumi musibah yang dialaminya, setidaknya memberikan kemudahan agar angsuran bisa ditunda sampai ia bisa berjualan kembali.

Nasib serupa juga dialami Prihambodo Kuncoro. Barang dagangan elektronik senilai Rp100 juta miliknya ludes terbakar. Ia berharap bisa berjualan kembali karena kios itu merupakan satu-satunya lahan usaha untuk menghidupi istri dan satu anaknya.

“Saya berharap pemerintah bisa memberi solusi supaya saya bisa berjualan lagi,” ujar dia.

Sekretaris Paguyuban Komunikasi Pasar Klitikan (Kompak), Joko Kristiyanto, mengatakan sebagain besar pegadang memiliki utang ke bank untuk modal berdagang. Utang para pedagang bervariasi, dengan nominal uang pinjaman puluhan sampai ratusan jut rupiaha. Angsurannya ada yang harian, mingguan, ada pula yang bulanan. Setelah pendataan kerugian semua kios yang terbakar rampung, pihaknya segera berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Jogja.

“Jika terlalu lama tidak jualan, pedagang tidak bisa mengangsur utang ke bank,” kata Joko.

Kepala Dinas Pengelola Pasar Kota Jogja, Maryustion Tonang, mengatakan untuk sementara pedagang Pasar Klitikan yang terkena musibah kebakaran bisa menggunakan selasar untuk berjualan. Pihaknya masih mendata jumlah total kerugian yang menghanguskan 84 kios di blok B1 Pasar Klitikan tersebut.

Tion-sapaan akrab Maryustion Tonang juga mengaku masih menunggu hasil penyelidikan dari kepolisian untuk mengetahui penyebab pasti dari kebakaran itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya