SOLOPOS.COM - Sejumlah petugas kepolisian berjaga-jaga di salah satu sudut kawasan Pasar Induk Johar Semarang yang terbakar. Foto daimbil Minggu (10/5/2015). (Insetyonoto/JIBI/Solopos)

Sejumlah petugas kepolisian berjaga-jaga di salah satu sudut kawasan Pasar Induk Johar Semarang yang terbakar. Foto daimbil Minggu (10/5/2015). (Insetyonoto/JIBI/Solopos)

Sejumlah petugas kepolisian berjaga-jaga di salah satu sudut kawasan Pasar Induk Johar Semarang yang terbakar. Foto daimbil Minggu (10/5/2015). (Insetyonoto/JIBI/Solopos)

Pasar Johar terbakar mulai berdampak secara ekonomi. Kejadian ini berimbas terhadap pasokan dan produksi industri batik Pekalongan

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

 

Kanalsemarang.com, PEKALONGAN– Kebakaran Pasar Johar Semarang belum lama ini berimbas terhadap pasokan dan produksi industri batik Pekalongan, Jawa Tengah.

Ekspedisi Mudik 2024

Ketua Serikat Pembatik Pasir Sari (Serbapas) Kota Pekalongan, Sodikin di Pekalongan, Kamis (14/5/2015), mengatakan belasan perajin batik yang memang rutin mengirimkan batiknya ke Pasar Johar terpaksa harus berhenti.

“Pengiriman batik ke Pasar Johar Semarang, sementara berhenti karena belum ada kesiapan pedagang berjualan kembali,” katanya seperti dikutip Antara.

Selain menghentikan pengiriman batik, kata dia, beberapa giro yang seharusnya sudah jatuh tempo akhirnya ditunda pembayaran utang hingga dalam batas waktu yang tidak ditentukan.

“Jujur saja, kebakaran Pasar Johar berimbas terhadap keterperukan industri batik Pekalongan karena saat ini pemasaran batik sedang sepi,” katanya.

Ia mengatakan kebakaran di Pasar Klewer Solo beberapa waktu lalu juga imbasnya masih terasa sampai dengan sekarang karena secara umum perputaran bisnis batik belum sepenuhnya pulih.

“Tentunya, keterperukan industri batik Pekalongan kini semakin parah lagi dengan terbakarnya Pasar Johar Semarang,” katanya.

Menurut dia, menjelang Ramadan, biasanya permintaan batik akan meningkat hingga mencapai 100% hingga 200%.

“Akan tetapi, pada tahun ini permintaan batik belum terlalu signifikan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2015, permintaan batik hanya naik 10–20 persen saja atau 60 kodi sampai 65 kodi per minggunya,” katanya.

Ia mengatakan sepinya permintaan batik karena saat ini masyarakat lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan pokok daripada harus mengeluarkan uang untuk membeli batik.

“Jika mengunakan hitungan kodi pada menjelang Ramadhan 2014 permintaan perminggu mampu 50 hingga 100 persen atau 100 kodi lebih tetapi pada 2015 turun drastis,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya