SOLOPOS.COM - 1601rio3 Caption foto protes warga oprokan Pengendara melintas di mulut Jl. Lettu Ismail di Kampung Sukoharjo RT 002/RW 001, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo yang dipasang spanduk protes warga, Jumat (16/1/2015).(Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Pasar Ir Soekarno Sukoharjo telah mulai beroperasi sejak 9 Januari 2015. Namun, beberapa pedagang oprokan yang menempati Jl. Lettu Ismail tak kunjung pindah.

Solopos.com, SUKOHARJO—Warga Kampung Sukoharjo RT 002/RW 001, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo protes karena pedagang oprokan yang menempati kampung setempat masih menjamur. Para pedagang yang beroperasi merupakan pindahan dari Pasar Ir. Soekarno.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com, Jumat (16/1/2014) sore, warga protes dengan memasang spanduk jalan masuk kampung yang berisi permintaan agar pedagang tidak lagi menempati tepi sepanjang Jl. Lettu Ismail, Sukoharjo. Tak tampak pedagang oprokan yang beroperasi di jalan tersebut karena mereka biasanya berdagang dini hari hingga siang. Melalui spanduk itu warga meminta para pedagang oprokan kembali berjualan di Pasar Ir. Soekarno yang telah beroperasi sejak 9 Januari 2015.

Ekspedisi Mudik 2024

Ketua RT 002 Kampung Sukoharjo, Hariyanto, saat ditemui Solopos.com di rumahnya menyampaikan warga memasang spanduk itu karena sangat jengkel. Banyaknya pedagang oprokan dari Pasar Ir.Soekarno yang beroperasi di sepanjang tepi Jl. Lettu Ismail lebih dari tiga tahun lalu itu membuat kampung kumuh.

Menurut Hariyanto, para pedagang telah ingkar janji. Sebelum menempati jalan kampung, pedagang menyatakan akan segera pindah apabila Pasar Ir. Soekarno mulai beroperasi. Dahulu warga mengizinkan para pedagang menempati jalan kampung karena mempertimbangkan asas kemanusiaan. Namun, setelah Pasar Ir. Soekarno beroperasi, janji tersebut tak ditepati. Ratusan pedagang tetap saja menggelar dagangan di jalan kampung.

“Para pedagang yang menempati tepi jalan kampung sejak awal sangat mengganggu aktivitas warga. Selain mengganggu arus lalu lintas, sejak adanya pedagang oprokan kampung kami menjadi kotor, selokan tersumbat, sampah menumpuk,” kata Hariyanto.

Dia mengaku sudah menyampaikan permasalahan tersebut kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) selaku pengelola Pasar Ir. Soekarno. Hariyanto mendesak agar Disperindah turun tangan agar Jl. Lettu Ismail bersih dari pedagang oprokan. Namun, hingga saat ini belum ada respons.

“Kami secara aktif menegur pedagang baik secara lisan kepada setiap pedagang maupun melalui surat edaran. Setelah ada upaya itu pedagang ada yang sudah pindah. Sekarang sudah mending daripada sebelumnya, tapi masih ada yang menempati jalan,” ujar Hariyanto.

Sementara itu, Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya, menyesalkan warga sekitar mengizinkan pedagang oprokan untuk berjualan di jalan kampung. “Pedagang itu sudah dibuatkan pasar darurat. Kalau warga keberatan, mestinya ketua RT di kampung setempat tidak memberi izin sejak awal. Setelah itu terjadi, baru protesnya ke kami,” katanya dalam jumpa pers di Gedung DPRD Sukoharjo, Jumat (16/1/2015).

Wardoyo menduga pedagang oprokan yang menempati jalan kampung tersebut adalah pendatang baru. Jika terbukti pedagang baru, Wardoyo meminta warga setempat bersikap tegas. “Usir saja kalau dia pedagang baru,” tegasnya.

Wardoyo mengaku belum menerima surat pemberitahuan secara resmi dari warga sekitar perihal adanya pedagang oprokan yang berjualan di jalan kampung. “Kalau ada surat resmi, saya pasti berkoordinasi dengan Dishub dan Satpol PP supaya dilakukan penertiban,” jelasnya terkait pedagang oprokan yang tak kunjung pindah ke Pasar Ir Soekarno Sukoharjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya