SOLOPOS.COM - Seorang peternak melihat kondisi sapi yang sehat-sehat dan siap menjadi hewan kurban di Kandang Komunal Ekopuoyo Dukuh Tenggak, Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Kamis (2/6/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Penutupan seluruh pasar hewan di Kabupaten Sragen akibat merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) membuat sebagian peternak menaikkan harga jual sapi mereka. Namun, kenaikan harga hewan ternak lebih disebabkan mahalnya harga pakan.

Kenaikan harga ini berlaku terutama pada sapi yang memenuhi syarat jadi hewan kurban. Peternak yang menaikkan harga sapi mereka salah satunya yang tergabung dalam Kelompok Peternak Ekopuoyo Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Anggota Kelompok Peternak Ekopuoyo Tenggak, Sudirman, 51, mematok harga sapinya di rentang Rp21 juta-Rp24 juta. Ia memiliki empat ekor sapi jantan sehat dengan tiga di antaranya memenuhi syarat menjadi hewan kurban. Harga itu diakuinya lebih tinggi dibandingkan harga normal.

“Banyak yang masih tanya-tanya harga untuk membandingkan antarkandang. Kalau peternak sebenarnya tidak tahu harga. Bagi kami harga memang dinaikan Rp1 juta-Rp1,5 juta karena harga pakan, khususnya polar naik,” ujar dia.

Baca Juga: Kemenag Sragen Ikuti Fatwa MUI Soal Hewan Kurban Terkena PMK, Ini Isinya

Ia mengatakan harga pakan polar dari Rp160.000 per sak berkapasitas 50 kg naik menjadi Rp267.000 per sak. “Makanya harga sapi yang dulu Rp21 juta sekarang kami jual Rp22,5 juta,” ujar Dirman.

“Sebenarnya PMK itu tidak berdampak signifikan terhadap harga sapi. Dampak yang terasa itu karena harga pakan naik sehingga petani menaikan harga sapi. Di samping itu, pasar hewan yang tutup juga berpengaruh pada naiknya harga hewan kurban,” jelasnya.

Dengan ditutupnya pasar hewan, otomatis warga yang ingin membeli hewan kurban seperti sapi dan kambing harus mencari ke kandang-kandang komunal atau ke peternak langsung.

Baca Juga: Bupati Karanganyar Larang Jualan Hewan Kurban di Pinggir Jalan Lur

Seperti di Kandang Komunal Kelompok Peternak Ekopuoyo yang terletak di Dukuh Tenggak RT 014. Kandang yang berdiri sejak 2002 itu semula terdapat 85 ekor sapi, tetapi sekarang tinggal 45 ekor. Sapi-sapi itu dimiliki 30 orang peternak.

Peternak lainnya asal Dukuh Ngagel RT 017, Desa Tenggak, Suparno, 55, mengatakan jumlah sapi di kandang komunal berkurang karena peternak merugi akibat harga pakan tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya