SOLOPOS.COM - Dua kios di bagian belakang Pasar Ngudi Rejeki Gilingan, Solo tutup, Sabtu (30/5/2015). Selain dua kios itu masih ditemukan sejumlah kios yang tutup pada siang hari. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Pasar Gilingan Solo dilanda persoalan adanya pedagang yang memilih tutup karena kekurangan modal.

Solopos.com, SOLO — Puluhan kios di Pasar Ngudi Rejeki Gilingan tutup karena pedagang kekurangan modal. Sementara, sejumlah pedagang lain terpaksa kembali ke Jl. Sabang Banjarsari dengan menyewa kios milik warga setempat.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hal itu lantaran bantuan modal yang dijanjikan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, sampai sekarang tidak terealisasi.

Keluhan tersebut disampaikan Ketua Paguyuban Pasar Ngudi Rejeki Gilingan, Solo, Heru Takaribowo, saat ditemui di kiosnya, Sabtu (30/5/2015).

Heru menyebut ada 241 kios di pasar yang terletak di Jl. Ahmad Yani Solo itu. Dia mengatakan hanya 200-an kios yang ditempati secara rutin sejak peresmian pasar hingga kini.

Sementara puluhan kios lainnya, kata Heru, kadang-kadang buka dan kadang-kadang tutup.

“Kios yang tutup itu kurang dari 20 kios. Dinas Pengelola Pasar (DPP) sudah memanggil pemilik kios-kios yang tutup itu sebulan lalu. DPP meminta pemilik kios agar membuka kiosnya. Namun sampai sekarang harapan DPP itu ada yang tidak ditindaklanjuti karena masih ada yang tutup,” kata Heru.

Dia mengatakan banyak faktor yang menyebabkan para pedagang memilih menutup kios, di antaranya karena terkendala masalah modal dan sulitnya pemasaran. Bantuan modal yang dijanjikan Gubernur Jateng pun, kata Heru, tidak ada realisasinya sampai sekarang.

“Saat itu kan Gubernur hanya mau memberi bantuan modal. Tetapi kan tidak ada serah terima simbolis. Nilainya berapa juga tidak jelas,” ujar Heru.

Sri Mulyani, salah satu pedagang pakaian, mengatakan omzet pendapatan harian cukup lumayan dan terhitung lebih banyak bila dibandingkan saat bertempat di Jl. Sabang.

Dia menyebut pendapatan rata-rata kotor sampai Rp500.000/hari. “Dulu waktu di Jl. Sabang sehari tidak sampai Rp500.000. Syukur sekarang rata-rata per hari bisa dapat segitu,” kata dia.

Berbeda dengan Thomas, 27, salah satu pedagang helm asal Kadipiro, Banjarsari, Solo. Pendapatan Thomas anjlok sampai 50% selama menempati kios di bagian belakang lantai I.

Dia mengatakan biasanya omzet harian di Jl. Sabang itu mencapai Rp1 juta tetapi setelah pindah di Pasar Gilingan ini hanya dapat Rp500.000/hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya