SOLOPOS.COM - Pasar Gede (JIBI?Solopos/dok)

Penataan Pasar Gede Solo dikritisi oleh sejumlah komunitas dinilai merusak cagar budaya.

Solopos.com, SOLO-Komunitas warga pemerhati bangunan cagar budaya (BCB) yang menamakan dirinya Komunitas #Kotasolo mengkritisi renovasi Pasar Buah di kawasan Pasar Gede Solo. Mereka menilai renovasi pasar buah tersebut tidak memperhatikan nilai sejarah pasar itu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Menurut Anggota Komunitas #Kotasolo, Yayok Aryoseno, renovasi pasar buah itu tidak mengindahkan estetika bangunan cagar budaya yang merupakan peninggalan zaman Belanda itu. “Pencanangan tiang beton serta lantainya yang memiliki motif kuno dibongkar, sehingga merusak bangunan karya arsitek zaman Belanda, Thomas Karsten,” katanya seusai mengunjungi bangunan pasar itu bersama beberapa rekannya, Selasa (19/5/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

Ia merasa keberatan dengan renovasi pasar buah itu yang meninggalkan desain zaman Belanda. Ia menilai arsitektur bangunan lama lebih nyaman dengan sirkulasi udara yang baik yakni jendela dan pintu yang besar. “Saat ini kondisinya sempit karena ada sebagian jalan yang dibagi untuk tambahan kios sehingga merusak arsitektur aslinya,” ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, ada bagian bangunan yang berupa tangga masuk pasar yang dijebol dan diratakan sehingga air rawan masuk ke dalam pasar saat hujan deras. Ia berharap Pemkot bisa mempertahankan bangunan awal karena pasar itu bisa menjadi aset wisata di Solo.

Ia bersama beberapa rekannya berencana menanyakan ke Dinas Pengelola Pasar (DPP) terkait perubahan arsitektur tersebut. “Kami ingin tahu mengapa ada perubahan di bangunan itu. Jika tujuannya memfasilitasi pedagang agar semua bisa masuk pasar, itu bukan solusi. Pedagang bisa ditempatkan di pasar lain yang masih kosong sehingga bangunan itu tetap bisa dipertahankan. Mumpung renovasinya masih sekitar 25 persen,” imbuhnya.

Anggota komunitas lain, Paulus Mintarga, juga berharap bangunan cagar budaya itu bisa dipertahankan keasliannya. Sebab, bangunan itu bisa menjadi kebaganggaan warga Solo untuk aset pariwisata. “Kami berharap arsitektur awalnya bisa dipertahankan sehingga kami bangga saat ada wisatawan ke Solo. Kalau ingin merenovasi bangunan cagar budaya itu, sebaiknya dengan cara yang benar agar nantinya tidak menyalahi undang-undang,” katanya.

Terpisah, Kepala DPP Solo, Subagyo, mengatakan rehab pasar itu sudah sesuai dengan kajian dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jogja. Penambahan kios yang ada di dalamnya juga sudah diizinkan dan tidak mengubah arsitektur aslinya. “Kami tidak berani merenovasi bangunan cagar budaya jika tidak ada rekomendasi dari ahlinya. Kami sudah mendapat hasil kajian dari BPCB untuk renovasi itu,” tuturnya saat dihubungi solopos.com, Selasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya