Solopos.com, KLATEN — Kamis (16/7/2020) pagi, merupakan hari yang paling ditunggu Santosa, 49, warga Kepanjen, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dilihat dari pasaran Jawa, hari tersebut merupakan pasaran Pon yang merupakan pasaran di Pasar Cokro Kembang, Kecamatan Tulung, Klaten.
Sehari-harinya, Santosa berdagang burung lokal dari satu lokasi ke lokasi lainnya di Kabupaten Bersinar. Salah satu lokasi favorit yang sering didatangi Santosa guna mengais rezeki adalah Pasar Cokro Kembang.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Sejumlah kurungan berisi burung Jawa diangkut Santosa dengan menggunakan sepeda motornya. Setelah menempuh perjalanan sekitar 4-5 kilometer, Santosa tiba di sebelah timur Pasar Cokro Kembang. Semula, Santosa menyandarkan sepeda motornya di bagian timur pasar.
Begitu melihat suasana pasar sepi, Santosa berpindah tempat ke bagian barat pasar. Di lokasi terakhir ini, Santosa tetap menjumpai suasana sepi. Di depan pintu pasar, Santosa membaca secarik kertas kecil yang intinya bertuliskan pasar ditutup sementara, Kamis-Sabtu (16-18/7/2020).
Pasar Cokro Kembang ditutup sementara karena ada satu pedagang pasar yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Tiktok Goyang Tarakdung Viral, Almira Dapat Penghargaan
Setelah mengetahui informasi di depan pintu pasar yang tertutup rapat itu, Santosa beristirahat di depan deretan kios di bagian barat pasar. Sejurus kemudian, Santosa menyulut sebatang rokok.
Belum sempat mengisap rokoknya, Santosa sudah didatangi seorang pengendara sepeda motor yang melintas di depannya. Dengan cekatan, Santosa mendekati pengendara sepeda motor yang tak dikenal itu.
Sempat dipikir akan membeli burung Jawa milik Santosa, ternyata pengendara sepeda motor itu hanya menanyakan penyebab Pasar Cokro Kembang Klaten sepi. Sembari menghisap sebatang rokoknya, Santosa menjawab pertanyaan itu dengan menunjuk pengumuman yang ditempel di depan pintu pasar.
“Pasarnya tutup. Itu ada pengumuman di depan pintu pasar,” kata Santosa, di Pasar Cokro Kembang, Kamis.
Batal Berdagang
Setelah istirahat sejenak, Santosa memutuskan pulang ke rumah. Di tengah kondisi pasar yang sepi dinilai berpengaruh pada penjualan burung.
“Enggak tahu kalau ditutup. Ini mau pulang saja. Hari ini, saya tidak setor uang ke mbok wedok dulu. Nanti akan saya jelaskan saat tiba di rumah. Biasanya, dalam sehari pasaran, saya minimal bisa setor ke mbok wedok senilai 100.000. Selain berjualan di sini, saya juga berjualan di pasar lain, seperti di Pasar Gawok [Sukoharjo], Pasar Pengging [Boyolali], dan lainnya,” katanya.
Reaksi Lihat Penampilan Baru Millendaru: Ashanty Terkejut, Anang Foto Bareng
Kepala Desa (Kades) Daleman, Mursito, mengatakan penutupan Pasar Cokro Kembang tak terlepas dari keberadaan satu pedagang pasar positif Covid-19. Di samping itu, terdapat sejumlah pedagang lainnya yang telah kontak dengan pasien positif Covod-19 lainnya di waktu sebelumnya.
“Jumlah pedagang di dalam itu mencapai 340 pedagang. Itu belum termasuk yang di luar dan pembelinya. Jumlah pembeli jauh lebih besar lagi, terlebih saat pasaran seperti hari ini. Bicara perputaran uang, taruhlah minimal pedagang ada Rp200.000 [per pedagang]. Itu belum pedagang yang di luar [oprokan],” katanya.
Harapan
Mursito berharap penutupan Pasar Cokro Kembang di Klaten tersebut tidak berlangsung lama. Pemdes Daleman yang berkoordinasi dengan pengelola pasar baru memutuskan pasar ditutup tiga hari ke depan.
Hari Ini Dalam Sejarah: 16 Juli 1918, Kaisar Terakhir Rusia Dibunuh Bolshevik
“Penutupan pasar dimulai hari ini. Target pendapatan pasar senilai Rp110 juta. Jika penutupan hanya tiga hari ini, kami masih optimistis bisa mencapai target itu. Jika penutupannya berlarut-larut, tentu target itu tak tercapai,” katanya.