SOLOPOS.COM - Samirin di warungnya, Pasar Besar Madiun, Rabu (24/2/2016). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Pasar Besar Madiun menyimpan aneka kisah kehidupan, salah satunya milik Samirin, seorang pedagang tertua di Pasar Besar.

Madiunpos.com, MADIUN — Pasar Besar merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Madiun, Jawa Timur (Jatim). Segala kebutuhan sehari-hari tersedia di situ, sayuran, makanan, pakaian, hingga peralatan rumah tangga.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ada ratusan pedagang dan pembeli yang setiap hari melakukan transaksi jual beli di pasar tradisional itu. Dari ratusan pedagang yang berjualan di Pasar Besar, saat ini masih ada beberapa pedagang yang sudah berjualan di pasar itu lebih dari setengah abad, salah satunya adalah Samirin.

Samirin, 66, adalah salah satu pedagang tertua di pasar Besar. Hampir seumur hidupnya dihabiskan di pasar tradisonal kebanggaan warga Madiun itu. Dia pun pernah mengalami dari kondisi pasar Besar yang masih kumuh hingga menjadi pasar tradisional dengan konsep semi-modern seperti sekarang.

Ekspedisi Mudik 2024

Pria kelahiran 1950 itu mulai dikenalkan dengan kehidupan di Pasar Gede—sebutan Pasar Besar pada saat itu—oleh orang tuanya sejak masih bayi. Ibunya selalu membawa Samirin saat berjualan di Pasar Gede. Saat itu orang tuanya merupakan salah satu pedagang gerabah di pasar Gede.

Penjual Gerabah
Mbah Rin, sapaan akrabnya, mengaku sudah terbiasa dan hapal dengan kehidupan di Pasar Gede. Saat berumur 15 tahun,  Mbah Rin mulai meneruskan usaha orang tuanya di Pasar Gede, yaitu dengan berjualan gerabah.

Saat itu, alat-alat rumah yang terbuat dari tanah liat masih menjadi alat utama untuk memasak. Selain itu juga masih jarang alat-alat rumah tangga yang terbuat dari aluminium seperti sekarang.

Menurut dia, saat itu, bangunan Pasar Gede  masih sederhana, yaitu hanya berupa los dan tidak ada kios seperti sekarang. Bangunan pasar juga masih bangunan lama yakni bangunan peninggalan penjajahan Belanda.

Sekeliling pasar juga masih banyak pohon-pohon besar yang rimbun. Selain itu, pasar Gede masih terbuka belum ada pagar yang mengelilingi pasar seperti sekarang.

Meski kondisi pasar saat itu kumuh, tetapi Pasar Gede tak pernah sepi pengunjung. Kondisi ini berbeda dengan Pasar Besar yang sekarang. Meskipun bangunan pasar sudah baik dan megah tetapi pengunjungnya semakin sedikit.

Banting Stir
Pada tahun 1983, penggunaan gerabah sudah banyak tergantikan dengan barang-barang yang modern, sSehingga, barang dagangannya sepi pembeli. Dia beserta Kasini, 60, istrinya kemudian banting setir dengan berjualan makanan dan minuman di Pasar Gede. Ini dilakukan supaya kebutuhan keluarga bisa terpenuhi.

“Saat itu, berjualan di Pasar Gede adalah satu-satunya tempat kami mencari rizki. Jadi mau tidak mau harus cari cara yang bisa mendapatkan uang. Akhirnya saya ganti berjualan makanan dan minuman. Kami memiliki tiga anak yang masih sekolah, sehingga saat itu kebutuhannya memang banyak,” kata Mbah Rin saat berbincang dengan Madiunpos.com di warungnya, Rabu (24/2/2016).

Saat ini hanya ada beberapa pedagang seangkatannya yang masih berjualan di Pasar Besar. Sedangkan sebagian besar pedagang di Pasar Gede adalah pedagang baru.

Tempat Bersosialisasi
Mbah Rin mengaku sudah lebih dari 50 tahun berjualan di pasar terbesar Kota Madiun. Bagi dia, Pasar Besar merupakan tempat mencari nafkah dan tempat bersosialisasi dengan masyarakat. Hampir setiap hari Mbah Rind an istrinya menghabiskan waktu di pasar. Biasanya, dia berangkat dari rumahnya yang berada tidak jauh dari Pasar Besar sekitar pukul 05.00 WIB dan pulang sekitar pukul 18.00 WIB.

Ada tiga menu favorit yang sering diburu pengunjung Pasar Besar di warungnya, yaitu nasi pecel, nasi soto, dan nasi rawon. “Pembeli di warung ini sebagian besar adalah pengunjung, sedangkan untuk pedagang jarang yang beli, karena mereka biasanya membawa bekal dari rumah,” terang dia.

Bagi Mbah Rin, Pasar Besar merupakan tempat menggantung hidup dan cita-cita orang dengan ekonomi rendah. Untuk itu, dia berharap pemerintah harus bisa menjaga pasar tradisional untuk tetap ada.

Menurut dia, serbuan pasar modern dan toko modern di Madiun membuat pasar tradisional semakin jarang dilirik. Perlu ada perlindungan dari pemerintah supaya pasar yang menjadi sumber penghidupan masyarakat kelas bawah ini bisa terus berlanjut.

“Saya merasakan sejak ada pasar dan toko modern di Madiun, pasar Besar ini semakin sepi. Saya yang dahulu setiap hari habis 10 kg beras, sekarang hanya 2,5 kg beras per hari. Harus ada aturan lah, supaya pedagang kecil bisa dilindungi,” ujar Mbah Rin.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya
KLIK di sini untuk mengintip Kabar Sragen Terlengkap

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya