SOLOPOS.COM - Tersangka kasus merintangi penyidikan perkara korupsi e-KTP Fredrich Yunadi tiba untuk menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Senin (22/1/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Pasal obstruction of justice digugat ke MK pada saat yang bersamaan menjelang peradilan kasus Fredrich Yunadi.

Solopos.com, JAKARTA — Penggugat norma obstruction of justice perkara korupsi membantah memohonkan pengujian Pasal 21 UU Tipikor ke Mahkamah Konstitusi (MK) semata-mata karena kasus yang menimpa pengacara senior Fredrich Yunadi.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

“Dari dulu obstruction of justice yang menimpa advokat sudah terjadi. Cuma kebetulan saja Pak Fredrich sedang tenar di televisi dan dia mendapat imbas dari bela klien,” kata Khaeruddin, pemohon uji materi Pasal 21 UU Tipikor di Jakarta, Senin (5/2/2018).

Khaeruddin menilai advokat seharusnya disamakan dengan penegak hukum lain seperti polisi, jaksa, dan hakim. Karena itu, tindakan mereka untuk membela klien tidak semestinya dianggap upaya merintangi penanganan kasus perkara korupsi.

“Bedanya, kalau polisi, jaksa, dan hakim itu dibiayai negara, sedangkan kami tidak dibiayai negara. Padahal secara status sama-sama penegak hukum,” katanya.

Permohonan Khaeruddin di MK teregistrasi No. 7/PUU-XVI/2018, sedangkan satu gugatan senada terdaftar dalam No. 8/PUU-XVI/2018. Kedua pemohon sama-sama meminta agar obstruction of justice perkara korupsi yang diduga dilakukan advokat terlebih dahulu mendapatkan lampu hijau dari dewan kehormatan profesi advokat.

Obstruction of justice sebagaimana termaktub dalam Pasal 21 UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) adalah tindakan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan persidangan kasus tindak pidana korupsi.

Sebagaimana diketahui, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menahan Fredrich Yunadi karena diduga menghalang-halangi penyidikan lembaga antirasuah itu terhadap bekas kliennya, Setya Novanto.

Khaeruddin menilai definisi merintangi proses penanganan perkara di Pasal 21 UU Tipikor tidak jelas. Bukan mustahil, kata dia, upaya advokat membela kliennya secara hukum bisa dianggap memenuhi delik obstruction of justice.

“Contohnya terkait penyitaan. Penyidik kan punya hak menyita, tetapi advokat sesuai KUHAP boleh menjaga dokumen atau kerahasiaan klien. Artinya sebagai pembela kami berusaha menyeimbangkan proses hukum agar ada yang mengawasi penyidik,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya