SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pilkada Sragen (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SRAGEN — Situasi pandemi Covid-19 dinilai menjadi faktor utama yang memengaruhi angka partisipasi pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Sragen 2020 yang tidak mencapai target 77,5%.

Situasi pandemi itu membatasi gerakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sragen untuk sosialisasi tatap muka kepada pemilih dan membatasi ruang gerak pasangan calon peserta Pilkada untuk berkampanye dengan mendatangkan massa besar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penjelasan itu disampaikan pengamat Pilkada Sragen yang juga mantan komisioner KPU Sragen, Roso Prajoko, saat dihubungi Solopos.com, Kamis (17/12/2020).

Cegah Penularan Covid-19, Bantu Pengungsi Merapi Tak Perlu Masuk Barak

Roso yang juga mahasiswa program doktoral Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menjelaskan meskipun angka partisipasi Pilkada Sragen 2020 lebih tinggi daripada Pilkada 2015, tetapi target partisipasi pemilih 77,5% sesuai dengan target nasional tidak tercapai.

Roso melihat tidak tercapainya target itu disebabkan adanya empat faktor yang berkaitan dengan situasi pandemi.

Pertama, Roso menjelaskan sosialisasi yang dilakukan KPU belum optimal disebabkan adanya kekhawatiran persebaran Covid-19 sehingga penyelenggara pilkada dan calon memilih berhati-hati dalam sosialisasi.

Tingkat Partisipasi Pemilih Pilkada Sragen 2020: Masaran Tertinggi, Sidoharjo Terendah

Dia melanjutkan sosialisasi yang seharusnya bisa optimal dengan mendatangkan massa yang besar ternyata tidak memungkinkan karena adanya ketentuan protokol kesehatan untuk menghindari kerumunan.

Kedua, Roso menerangkan media sosial kemudian menjadi solusi pengganti ketika ada jaga jarak di masa pandemi. Pemanfaatan media sosial, ujar dia, tidak mampu menyentuh seluruh kalangan masyarakat sehingga ada masyarakat yang kurang terpapar informasi pilkada.

Dia mengatakan pengguna media sosial hanya terbatas pada kalangan masyarakat melek teknologi sedangkan yang belum paham teknologi belum begitu mengetahui pilkada.

Ketiga, adanya dampak Covid-19 ini banyak warga yang terkonfirmasi Covid-19 saat pelaksanaan pemungutan suara. Hal itu mengakibatkan adanya sikap kehati-hatian pemangku kepentingan di Sragen untuk menekan kasus Covid-19," jelasnya.

Tidak Adanya Calon Alternatif

Di sisi lain, tambah dia, masyarakat juga ada yang menarik diri untuk menghindari kerumunan untuk pencegahan Covid-19 meskipun dalam proses pemungutan sudah menerapkan protokol kesehatan.

"Keempat, adanya masyarakat yang memilih golput karena tidak adanya calon alternatif selain petahana,” jelasnya.

Operasi Lilin 2020, Satlantas Polres Klaten Fokus Tegakkan Protokol Kesehatan

Roso melihat angka partisipasi pemilih di Pilkada Sragen 2020 naik 3,46% dari pilkada 2015, yakni dari angka 70,40% menjadi 73,86%.

Dia menjelaskan naiknya angka partisipasi itu disebabkan adanya perbedaan jumlah pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT). Dia mengatakan pemilih dalam DPT 2020 turun 39.210 orang dibandingkan dengan pemilih pada DPT 2015.

“Pada Pilkada 2015, partisipasi Masaran juara di angka 77,79%. Semua itu yang paling berpengaruh sebenarnya pada pergerakan jumlah pemilih yang dinamis,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya