SOLOPOS.COM - Sebagian juru parkir yang bersolidaritas berkumpul di kanopi Pasar Wonogiri Kota, Selasa (28/1/2014). Para jukir itu mogok kerja. (Trianto HS/JIBI/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI–Puluhan juru parkir (jukir) di beberapa titik parkir di sepanjang Jl. Sudirman hingga Jl. R.M. Said atau Jl. Protokol dan Jl. Kartini, Wonogiri, mogok massal, Selasa (28/1/2014). Mogok massal itu merupakan aksi solidaritas sesama jukir.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, tidak semua titik parkir di sepanjang jalan tersebut dikelola Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi (Dishubinfokom) Wonogiri. Aksi solidaritas berupa mogok bersama-sama itu terjadi karena ada kenaikan setoran. Kenaikan setoran terjadi di titik parkir yang dikelola pihak ketiga, seperti di Pasar Wonogiri Kota.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Setahun sebelumnya, setoran per hari di lokasi itu dinilai Rp90.000, tetapi kini dinaikkan Rp10.000 menjadi Rp100.000/hari. Beberapa jukir yang bergerombol di kanopi Pasar Wonogiri enggan memberikan komentar. Para jukir itu saling lempar saat dimintai keterangan.

Ekspedisi Mudik 2024

Jukir yang minta namanya tak disebutkan, menjelaskan kenaikan setoran mengakibatkan penghasilan jukir berkurang. “Selama ini, para jukir tidak mendapatkan gaji pokok atau istilah lain dari pengelola. Kami mendapatkan penghasilan dari sisa setoran. Misalkan hari ini mendapatkan Rp110.000 maka penghasilan hari ini senilai Rp20.000 jika setoran senilai Rp90.000,” ujar seorang jukir yang enggan disebutkan namanya.

Diakuinya, penghasilan per hari bervariasi. Jukir yang lain mengaku, kenaikan setoran mengakibatkan jukir sebagai sapi perahan. “Menghasilkan setoran tetapi tidak bisa menikmati hasil sehingga kehidupan tidak meningkat.”

Pantauan Espos, sebagian jukir bergerombol di beberapa titik seperti di Pasar Wonogiri dan depan swalayan. Sebagian jukir yang lain melakukan sweeping. Dengan mengendarai sepeda motor sebagian jukir itu melakukan sweeping dari simpang empat Gudang Seng, Giritirto, Kecamatan Wonogiri hingga Brumbung, Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri.

Jukir yang mengaku bernama Juhan, menjelaskan, aksi mogok kerja akan dilakukan lima hari. Terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perparkiran Dishubinfokom Wonogiri, Sudarno ditemui di ruang kerjanya, mengaku tidak mendapat pemberitahuan mogok massal jukir. “Saya tahu secara kebetulan. (Selasa) Tadi pagi saya ke rumah sakit Wonogiri tidak melihat juru parkir di sana (RSUD dr SMS). Setelah saya jukir saya telepon baru mengetahui tak kerja karena bersolidaritas terhadap rekannya.”

Sudarno mengatakan, segera mencari solusi agar mogok massal jukir tak berlangsung lama. Dia berharap jukir tak melepas tanggung jawab sebagai pekerja karena akan merugikan pemerintah. “Retribusi parkir menjadi salah satu sumber pendapatan daerah. Dinas memiliki tanggung jawab moral untuk mengumpulkan pengelola parkir dan memberitahu kepada jukir tentang hak dan kewajiban.”

Pada bagian lain, Sudarno memberikan contoh, pendapatan parkir per hari di RSUD dr SMS Wonogiri senilai Rp1 juta. “Sebulan bisa mencapai Rp25 juta hingga Rp30 juta tergantung banyak dan sedikitnya kendaraan yang parkir di rumah sakit. Namun, pendapatan itu naik 100 persen lebih dibanding dikelola pihak ketiga.”

Sudarno mengatakan, Dishubinfokom mengelola beberapa titik parkir, seperti di RSUD dr SMS dan ruas Jalan A Yani tepatnya di batas kota Wonogiri. “Titik parkir sisa dikelola pihak ketiga. Baik di Pasar Wonogiri Kota dan beberapa titik parkir di sepanjang ruas Jalan Sudirman hingga Jalan RM Said atau sepanjang jalan protokol.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya