SOLOPOS.COM - Warga berburu ikan saat fenomena bladu di Sungai Bengawan Solo di Kampung sewu, Solo. (tangkapan layar video Budi Utomo)

Solopos.com, SOLO – Limbah ciu yang mencemari Sungai Bengawan Solo pada Kamis (9/9/2021) tampak lebih pekat dari biasanya. Hal ini menyebabkan ikan-ikan yang hidup di sungai menyembul ke permukaan.

Melihat kondisi tersebut Instalasi Pengolahan Air (IPA) Semanggi kembali berhenti beroperasi setelah air baku Sungai Bengawan Solo tercemar limbah ciu, Kamis (9/9/2021) pagi sekitar pukul 06.00 WIB. Sebelumnya, IPA Semanggi milik Perumda Toya Wening Solo itu berhenti beroperasi pada Selasa (7/9/2021) pagi kemudian beroperasi kembali di hari yang sama pada sore harinya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Petugas operasional intake IPA Semanggi, Purnomo, mengatakan limbah kali ini lebih pekat dibanding dua hari sebelumnya. Puluhan ikan penghuni sungai terpanjang di Pulau Jawa itu menyembul di permukaan. Fenomena yang kerap disebut bladu itu kembali terjadi.

“Limbahnya lebih pekat dibanding dua hari lalu. Dari visualnya, limbah kemarin tidak merata ke semua bagian sungai, atau masih ada bagian sungai yang warnanya cokelat. Kali ini hampir rata, semuanya menghitam. Aromanya juga lebih pekat,” kata dia, kepada Solopos.com, Kamis pagi.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Hiii…. Tebing Sungai di Karangmalang Sragen Ini Diduga Jadi Sarang Ular Piton

Purnomo mengaku sempat lega mengingat IPA beroperasi normal pada Rabu (8/9/2021). Namun, kejadian itu kembali terulang pada Kamis ini.

“Saat beritanya dimuat di berbagai media itu kan Rabunya air kembali jernih, tapi ternyata kembali tercampur limbah,” terang dia.

Kemungkinan IPA bisa kembali beroperasi lagi beberapa jam setelah limbah tersebut mengalir terdorong arus dari area intake IPA Semanggi di Dusun Nusupan, Desa Kadokan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo.

Pejabat Pemberi Informasi dan Dokumentasi Perumda Toya Wening, Bayu Tunggul, mengatakan sama seperti sebelumnya, masih ada tampungan air baku di reservoir untuk diolah kemudian dialirkan kepada pelanggan. Namun, hanya cukup untuk maksimal 7-8 jam.

Baca juga: Bulus di Terowongan Trucuk Klaten Sudah Tua, Ini Rahasianya Berumur Panjang!

Jika IPA Semanggi tak segera beroperasi, sebanyak 4.800an pelanggan yang terdampak akan mendapatkan dropping air menggunakan mobil tangki.

“Kami menurunkan tekanan pompa dari 1.500 rpm menjadi 1.400 rpm sehingga debit air yang mengalir ke pelanggan lebih kecil. Tinggi reservoir di level 4 meter,” kata dia, melalui layanan perpesanan Whatsapp, Kamis pagi.

Ia mengaku sudah melaporkan kejadian itu kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).

Plt Kepala DLHK Provinsi Jawa Tengah, Widi Hartanto, sempat menggelar rapat koordinasi dengan sejumlah pihak terkait pencemaran Sungai Bengawan Solo di Kantor Cabang Dinas Kehutanan Wilayah X di Kelurahan Setabelan, Kecamatan Banjarsari.

Baca juga: Limbah Ciu Cemari Bengawan Solo, Ganjar: Keterlaluan!

Dalam kesempatan itu, mereka diminta menyampaikan temuan limbah dan kesulitan pemantauannya di area kerja masing-masing. Kepada wartawan, Widi mengakui limbah dari usaha mikro dan kecil lebih susah dipantau.

“Kami berupaya agar mereka bisa mengolah limbah dengan benar, sehingga kadar limbah saat sudah dibuang ke sungai itu sesuai standar atau malah bisa sepenuhnya tidak dibuang ke sungai. Kami memfasilitasi mereka dengan membangun IPAL (instalasi pengolahan air limbah) komunal. Tentu, biayanya tidak sedikit makanya semua pihak kami harap membantu. Mungkin CSR perusahaan,” bebernya, Rabu (8/9/2021).

Sejumlah usaha mikro dan kecil yang sudah membangun IPAL di antaranya pabrik tahu dan industri batik di Sragen dan Solo. Pihaknya menampik tidak berbuat apapun dalam menangani pencemaran Sungai Bengawan Solo.

“Kalau kami tidak ngapa-ngapain, mungkin akan lebih parah. Beberapa patroli yang kami lakukan terbukti efektif menekan pencemaran. Pekan lalu belum ada kejadian seperti pekan ini karena sejumlah penegakan hukum yang kami lakukan,” imbuhnya.

Dia berharap pegiat dan pemerhati lingkungan bisa berjalan bersama pemerintah daerah, provinsi, dan pusat untuk memikirkan masa depan Sungai Bengawan Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya