SOLOPOS.COM - Dokter spesialis paru RS UNS, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P pada acara talkshow dalam rangka World Lung Day atau Hari Paru Sedunia 2022, yang digelar Solopos Media Group (SMG) bersama Rumah Sakit (RS) UNS Solo, Selasa (27/9/2022).

Solopos.com, SOLO — Penyakit paru masih menjadi perhatian lebih di Indonesia. Bahkan di Solo, kasus penyakit paru ini sudah cukup beragam. Untuk mengantisipasinya butuh kesadaran lebih dari masyarakat akan kesehatan paru tersebut, salah satunya dengan menjaga pola hidup.

Diketahui, penyakit paru banyak terjadi pada masyarakat Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia bahkan mencatat ada lebih dari 10 juta kasus Tuberkolosis (TBC) setiap tahun dan dari jumlah itu 1,8 juta orang meninggal dunia. Selain TBC, penyakit asma, kanker paru, pneumonia atau infeksi saluran pernapasan, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan sebagainya telah banyak ditemukan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada acara talkshow dalam rangka World Lung Day atau Hari Paru Sedunia 2022, yang digelar Solopos Media Group (SMG) bersama Rumah Sakit (RS) UNS Solo, dijelaskan beberapa pemahaman mengenai penyakit paru tersebut. Penjelasan disampaikan dokter spesialis paru RS UNS, dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P.

Dia menyampaikan, hingga saat ini penyakit paru yang telah muncul di wilayah Solo sudah beragam. Baik penyakit paru yang menular maupun yang tidak menular. Penyakit paru menular di antaranya ada TBC.

“TBC ini masih menjadi PR di Indonesia, memang cukup berat. Indonesia peringkat 3 terbanyak di dunia. Di Solo pasien TBC juga masih banyak,” kata dia dalam talkshow yang disiarkan di Youtube Espos Live, Selasa (27/9/2022) itu.

Baca Juga: UPT KLI UNS Inisiasi Kerja Sama dengan Universiti Kebangsaan Malaysia

Selain itu, ragam penyakit paru seperti asma, kanker paru dan yang lain juga masih banyak jumlahnya. “Orang mungkin hanya mengetahui kalau penyakit paru itu semua menular, sehingga takut untuk datang ke poli karena takut tertular,” kata dia.

Menurutnya, masyarakat tidak perlu takut datang ke rumah sakit untuk berobat. Sebab pihak rumah sakit seperti di RS UNS telah memperhatikan faktor kesehatan, keamanan dan kenyamanan untuk pasien. Bahkan ruang perawatan dan pemeriksaan untuk penyakit menular telah dipisahkan.

Selanjutnya dia menjelaskan beberapa hal yang dapat menyebabkan munculnya penyakit paru. Untuk penyakit paru yang menular sebagian besar disebabkan oleh bakteri atau virus. Misalnya saja pada covid-19, influenza, pneumonia dan sebagainya.

“Kalau asma sebabnya bisa macam-macam. Bisa karena keturunan, karena kelelahan, olahraga berlebihan dan sebagainya. Bisa juga karena pekerjaan, seperti pekerja di industri pemintal kain, tukang sablon, itu juga bisa terkena penyakit paru, tapi tidak instan, bertahap,” lanjut dia.

Baca Juga: Solopos Hari Ini: Butuh Jembatan Startup Sektor Pangan

Rentan Terpapar Penyakit

Dr. Brigitta mengtatakan penyebab penyakit paru lainnya juga bisa karena rokok. Bahkan dampak dari rokok tersebut bukan hanya diterima oleh si perokok aktif. Orang-orang di sekitar si perokok, seperti teman, orang tua, anak, dan istri juga bisa menerima dampaknya.

Terlebih, menurutnya, kalangan anak-anak merupakan pihak yang rentan terpapar penyakit. Ketika anak seorang bapak yang perokok, meski tidak merokok di rumah, belum tentu anaknya akan aman terpapar penyakit paru akibat rokok.

“Misalnya ada anak yang bapaknya perokok. Bapaknya merokok hanya di lingkungan kerja, di rumah tidak pernah merokok. Tapi begitu pulang ke rumah, belum ganti baju dan belum mandi, bapak itu langsung menggendong anaknya, itu memungkinkan terpapar. Itu cukup berbahaya bagi anak. Bisa infeksi paru, pneumonia dan sebagainya,” lanjut dia.

Untuk itu pihaknya mengimbau agar masyarakat perokok bisa memperhatikan kebiasaannya untuk menjaga kesehatan paru orang-orang di sekitarnya, terutama anak-anak.

Baca Juga: Kurangi Sampah Plastik, Tim PKM-K FKIP UNS Luncurkan Produk Tas Multikapasitas

Sementara itu dia menyampaikan beberapa kondisi yang mengharuskan penderita gangguan paru harus segera dibawa ke rumah sakit.

Pada orang sudah punya riwayat penyakit paru dan sudah terbiasa dengan pemberian obat inhaler, dapat dilihat gejala hariannya. Jika ada perubahan drastis, maka perlu segera dibawa ke rumah sakit. Misalnya orang tersebut hanya mengalami sesak napas ketika melakukan aktivitas berat. Namun kemudian terjadi perubahan gejala harian, dimana tanpa aktivitas berat pun, orang tersebut lebih mudah mengalami sesak napas.

Sedangkan untuk pasien baru yang belum pernah ada riwayat, ada standar lebih tinggi lagi yang mengharuskan untuk segera dibawa ke rumah sakit.

“Mungkin pola nafasnya cepat, dalam satu menit lebih dari 30 kali. Kemudian dari otot-otot bantu napas, di bagian leher terlihat napasnya sangat dalam, itu boleh di bawah,” kata dia.

Gejala lainnya adalah adanya kebiruan pada ujung-ujung jari atau kuku karena kekurangan oksigen, kemudian adanya batuk darah. Ketika ada seseorang yang mengalami penurunan kesadaran yang kemungkinan disebabkan karena gangguan pernapasan juga harus diwaspadai. “Penurunan kesadaran juga bisa, karena oksigenasinya lambat, tidak segera ditolong kemudian tidak sadar. Itu harus segera dibawa ke layanan kesehatan terdekat,” lanjut dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya