SOLOPOS.COM - Sejumlah pekerja mendorong motornya yang mogok untuk menerobos banjir limpasan air laut ke daratan atau rob yang merendam kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jawa Tengah, Senin (23/5/2022). (ANTARA FOTO/Aji Styawan)

Solopos.com, SEMARANG — Pesisir pantura atau pantai utara Jawa Tengah (Jateng) terancam tenggelam. Gelombang tinggi yang terjadi pada Senin (23/5/2022) menyebabkan sejumlah kawasan pantura malih dadi segara, menjadi seperti lautan, karena rob tinggi yang menyebabkan banjir menggenang.

Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman, Yanto, mengingatkan pentingnya program mitigasi jangka panjang untuk mengantisipasi banjir di pesisir pantura. Dia menyebut banjir yang diperkirakan terjadi hingga Rabu (25/5/2022), merupakan perpaduan air dari darat dan laut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Air laut naik akibat tingginyaa gelombang pasang yang disebabkan jarak antara Bulan dan Bumi mencapai titik terdekat. Sementara air dari darat dipengaruhi curah hujan tinggi.

“Untuk mencegah air pasang masuk ke daratan, infrastruktur merupakan pendekatan yang paling mungkin dilakukan,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, sebagaimana dilansir Antara.

Peningkatan pasang air laut merupakan fenomena alam yang tidak bisa dihindari. Akan tetapi, kenaikan air dari daratan dapat dikurangi risikonya.

“Upaya mitigasi seharusnya ditujukan untuk mencegah atau mengurangi air pasang yang masuk ke daratan atau permukiman dan mengurangi debit banjir,” katanya.

Baca juga: Gegara Banjir Rob, Semarang Trending Topic di Twitter

Penurunan Muka Tanah

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah penurunan muka tanah (land subsidence) akibat penggunaan air tanah yang masif. Jika tidak segera diatasi, hal ini akan menambah parah ancaaman pantura Jateng tenggelam.

“Untuk mengatasi ini, pemerintah perlu melakukan upaya terpadu terhadap pemenuhan kebutuhan air domestik, memaksimalkan peran dan fungsi perusahaan air minum daerah untuk memenuhi kebutuhan semua warga dan mengawasi pemompaan air tanah melalui sumur,” katanya.

Pakar geomorfologi pesisir dan laut dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja, Bachtiar W. Mutaqin, menyebutkan penggunaan air tanah dalam skala besar di sepanjang pesisir pantura Jawa perlu diatur untuk mengurangi potensi banjir rob.

“Kami berharap ada semacam moratorium atau peraturan yang melarang penggunaan air tanah yang di skala industri atau seperti apa, itu perlu dilakukan juga,” kata Bachtiar di Kampus UGM Jogja.

Baca juga: Pesisir Pantura Jateng Langganan Rob, Terancam Tenggelam?

Menurut dia, penggunaan air tanah berskala besar dapat mengakibatkan penurunan muka tanah. Berdasarkan catatan yang ada, penurunan muka tanah (land subsidence) di Semarang, terjadi sekitar 19 cm per tahun. Sedangkan rob pernah mencapai tinggi 40-60 cm dan pernah mencapai 1 meter pada 2013.

Bachtiar yang juga dosen Fakultas Geografi UGM menyatakan banjir rob di Semarang sesungguhnya sudah memiliki riwayat lama. Dia menjelaskan material tanah di utara Jawa sebenarnya berasal dari endapan atau sedimentasi proses dari sungai sehingga material sedimen tersebut diukur dari skala geologi masih muda sehingga masih labil, belum solid atau belum kompak.

Sementara di atasnya berdiri banyak bangunan sehingga semakin memperberat, ditambah penggunaan air tanah yang berakibat penurunan muka tanah. Jika tidak segera diatasi, maka pesisir pantura Jateng akan tenggelam secara perlahan-lahan.

Baca juga: Pesisir Pantura Jateng Dikepung Rob, Ini Lokasinya

Bachtiar berharap jika terjadi penurunan muka tanah, maka yang perlu mendapat perhatian adalah terkait tata ruang. Menurutnya, perlu diatur untuk penggunaan lahannya, khususnya yang berada di wilayah pesisir, agar tidak terlalu masif.

Demikian pula yang menyangkut industri skala besar beserta penggunaan air tanah yang biasanya kapasitas pemakaiannya jauh lebih besar dibanding pemakaian masyarakat biasa, kata dia, perlu diatur secara khusus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya