SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA: Jemek Supardi berpantomim di seputaran Mergangsan Jogja untuk mengingatkan peristiwa gempa bumi yang melanda Jogja terutama wilayah Bantul pada 27 Mei 2006 silam. Namun, aksi yang dilakukannya Kamis, (26/5) siang itu, tidak untuk mengenang derita, melainkan mengingatkan hikmah bencana itu.

Berpakaian khas tahun 1980-an berwarna merah dengan muka yang dipoles bedak putih, Jemek begitu menghayati perannya sebagai pengungsi selama 15 menit. Dia mengawali aksinya dari Pondok Seni Wayang Ukur Sukasman Taman Siswa berjalan kaki sepanjang 300 meter menuju tanah kosong yang bangunannya telah runtuh di pinggir seputaran kecamatan Mergangsan. Lelaki berusia 58 tahun itu terus berjalan sambil menenteng kardus mie kosong dan meraba-raba batu bata yang tercecer.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Usai berpantomim, Jemek menjelaskan aksinya ini bukanlah protes atas bencana maupun menyesali kejadian lima tahun silam. Namun, dia hanya ingin mengingatkan bahwa gempa bumi mengandung hikmah yang seharusnya dipetik masyarakat luas.

“Pada masa awal kejadian gempa, ketika orang banyak kehilangan harta benda, tiba-tiba semua orang begitu murni. Semua rela menolong dan iklas, menganggap semua milik Tuhan. Semua menganggap nyawa lebih utama yang harus disyukuri,” katanya.(Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

Foto (Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya