Pantai Sadranan longsor dianggap sebagai hal yang wajar, sehingga pengunjung diminta lebih berhati-hati saat berwisata
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Tim Bencana Tanah Longsor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nasional melakukan pengamatan dan pengkajian di lokasi runtuhnya tebing karang di Pantai Sadranan, Sidoharjo, Tepus Gunungkidul.
Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC
Analisis awal, runtuhnya tebing tersebut merupakan hal yang wajar, dan berpotensi hampir di seluruh wilayah pesisir Pantai Selatan Gunungkidul.
Selain meneliti di lokasi reruntuhan, tim yang beranggotakan empat orang tersebut juga meneliti tebing-tebing di sekitar Pantai Sadranan. Hasilnya di sejumlah pantai tersebut juga memiliki potensi kerawanan yang sama, sebab dari sisi geografis juga memiliki sejumlah kesamaan.
Ketua Tim Bencana Tanah Longsor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nasional, Herry Purnomo mengatakan, runtuhnya tebing di Pantai Sadranan merupakan akumulasi dari kejadian alam yang berlangsung lama. Kondisi itu terjadi, karena adanya abrasi yang membuat rongga di bawah tebing.
Hantaman ombak yang berlangsung terus menerus berdampak terhadap kekuatan dinding, sehingga tebing semakin rapuh dan mengakibatkan adanya retakan. Retakan-retakan itu diduga sebagai penyebab kenapa tebing di Sadranan ambrol dan menewaskan empat orang pengunjung.
“Retaknya sudah cukup lama dan rapuh. Dikarenakan terus-menerus dihantam ombak mengakibatkan beban yang disangga tidak kuat sehingga tebing menjadi ambrol,” kata Herry kepada wartawan, Jumat (19/6/2015).
Menurut dia, apa yang terjadi di Sadranan berpotensi terjadi di semua tebing karang yang ada di garis pantai Gunungkidul. Sebab, dari sisi karakteristik hampir mirip dengan di Sadranan.
“Kami tadi juga meneliti sejumlah pantai di sekitar Sadranan, ternyata karakternya tidak jauh berbeda,” ungkapnya.