SOLOPOS.COM - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo memanen padi dengan combine harvester di lahan IP 400 di Desa Tegalsari, Weru, Sukoharjo, Rabu (22/6/2022). (Solopos-R Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO – Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, melakukan panen raya padi di lahan pertanian yang menerapkan konsep indeks pertanaman atau IP 400 di Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, Sukoharjo, Rabu (22/6/2022) sekitar pukul 13.00 WIB. Kegiatan itu digelar dalam rangka peringatan Hari Krida Pertanian.

Acara panen padi di lahan IP 400 Weru, Sukoharjo itu juga dihadiri unsur forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) Sukoharjo serta para petani di wilayah Weru. Dalam kesempatan itu, Syahrul melakukan penandatanganan kerja sama ekspor beras ke sejumlah negara. Total beras yang diekspor sebanyak 100.000 ton ke tiga negara yakni Brunei Darusalam, Tiongkok, dan Arab Saudi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada kesempatan itu, Mentan mengatakan peningkatan produksi beras selama tiga tahun terakhir hasil dari implementasi konsep IP400 di sejumlah daerah di Tanah Air. “Produksi padi meningkat tajam lantaran lahan pertanian yang menerapkan konsep IP 400 bisa empat kali masa tanam dalam setahun. Biasanya, hanya dua kali-tiga kali masa tanam dalam setahun,” kata dia.

Syahrul menyebut Sukoharjo menjadi daerah terbesar yang lahan pertaniannya menerapkan konsep IP 400 di Indonesia yakni 10.000 hektare. Lahan pertanian yang menerapkan konsep IP 400 tersebar di 12 kecamatan.

Dikatakan Mentan, kunci keberhasilan penerapan konsep IP 400 adalah ketersediaan pasokan air, mekanisasi pertanian yang mumpuni dan penggunaan benih super genjah. “Uang yang bergulir saat masa panen setiap masa tanam cukup besar. Kalau saya hitung, 1.000 hektare sawah bisa menghasilkan Rp30 miliar. Jika 10.000 hektare sawah bisa ratusan miliar rupiah yang bergulir di sektor pertanian di Sukoharjo,” ujar dia.

Baca juga: Padi IP 400 di Sukoharjo Mulai Dipanen, Bagaimana Hasilnya?

Disinggung terkait ekspor beras, Syahrul menjelaskan sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ekspor beras harus mempertimbangkan produksi padi. Kendati meningkat namun sebagian produksi padi digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat di Indonesia.

“Ketahanan pangan dan ketersediaan beras untuk masyarakat harus menjadi prioritas utama. Indonesia sudah tak impor beras selama tiga tahun. Kondisi ini harus dipertahankan dalam jangka panjang,” urai dia.

Sementara itu, Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, mengatakan para petani sudah dua kali memanen padi pada masa tanam I dan II. Produksi padi pada masa tanam I sebanyak 73,21 kuintal per hektare.

Baca juga: Musim Panen Kedua, Sawah IP 400 Sukoharjo Hasilkan Gabah 8 Ton/Ha

Sedangkan, produksi padi pada masa tanam II menurun menjadi 70.6 kuintal per hektare. “Ada serangan wereng batang cokelat di sejumlah lokasi. Imbasnya, produksi padi sedikit turun kendati masih tinggi,” papar dia.

Implementasi konsep IP 400 juga menitikberatkan pada optimalisasi alat dan mesin pertanian (alsintan) modern. Ke depan, lanjutnya, pemerintah bakal mengintensifkan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti tikus dan wereng batang cokelat yang merugikan para petani saat masa panen padi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya