SOLOPOS.COM - Ilustrasi kedelai. (Bisnis-Nurul Hidayat)

Solopos.com, WONOGIRI — Produksi kedelai di Kabupaten Wonogiri terus menurun sejak 2013 hingga saat ini. Sebagian petani kedelai beralih menanam jagung karena harga jual kedelai kurang begitu menguntungkan bagi petani.

“Pada 2010 luas lahan yang digunakan untuk menanam kedelai sekitar 20.000 hektare. Sementara itu pada 2019 hanya sekitar 2.000 hektare,” kata Kepala Seksi Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Wonogiri, Sidik Purwanto, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (11/2/2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hotel Berbintang Soloraya Tebar Promo Selama SGS 2020, Apa Saja?

Berdasarkan data yang diperoleh , pada 2013 dengan luas lahan panen 14.720 hektare menghasilkan 19.752 ton kedelai, pada 2014 dengan luas 9.985 hektare menghasilkan 14.971 ton kedelai, pada 2015 dari luas lahan 10.044 hektare dihasilkan 14.254 ton kedelai.

Kemudian pada 2016 dari luas lahan 8.819 hektare mampu menghasilkan 12.411 ton kedelai, tahun 2017 luas panen 5.870 hektare menghasilkan 8.094 ton kedelai dan pada 2018 dari luas panen 5.452 hektare dapat diperoleh  7.091 ton kedelai.

Hebat! UMS Solo Peringkat 1 Universitas Swasta Terbaik Se-Indonesia

Meskipun harga jual kedelai lebih tinggi daripada jagung, menurut dia, petani lebih tertarik menanam jagung. Sebab, panen yang dihasilkan di lahan yang luasnya sama lebih tinggi jagung ketimbang kedelai.

“Misalnya petani mempunyai lahan satu hektare. Jika ditanami kedelai hanya menghasilkan satu ton. Jika perkilogramnya Rp6.000, maka petani mendapat Rp6 juta. Jika ditanami jagung bisa menghasilkan panen 3 ton. Jika perkilogramnya Rp3.000, petani bisa menerima Rp9 juta,” terang dia.

Berusia 600 Tahun, Masjid di Jabal Kanil Karanganyar Masih Kokoh

Selain biji jagung, menurut dia, daun jagung masih bisa dijual untuk pakan ternak, khususnya sapi. Jadi petani bisa mendapatkan keuntungan lebih.

“Maka dari itu, sekarang banyak petani yang memanfaatkan lahan untuk menanam secara monokultur, yakni tanaman jagung. Jika dulu sebagian lahan ditanami jagung, sebagian ditanami kedelai, sekarang ditanami jagung semua,” beber dia.

Catat! 14 Februari Tiket Kereta Api Lebaran 2020 Bisa Dipesan

Menurut dia, susahnya perawatan tanaman kedelai bukan menjadi alasan petani enggan menanam kedelai. Yang menjadi faktor utama yakni harga jual kedelai kurang menarik bagi petani.

“Sebagian petani pada musim kemarau ada yang menanam tembakau. Itu perawatannya sulit, karena harus menyirami tembakau satu per satu. Tetapi karena harganya mahal, Rp60.000 perkilogramnya, maka petani tetap menanam, meskipun susah perawatannya,” ujar dia.

Tak Cuma KA, Fasilitas Bus Bandara dari Klaten Juga Ada

Salah satu petani asal Desa Batuwarno, Kecamatan Batuwarno, Wonogiri, Samuri, mengatakan sudah beberapa tahun belakangan jarang menanam kedelai.

“Lebih memilih jagung, hasilnya lebih banyak meskipun harganya di bawah kedelai. Selain itu, proses panen hingga menjual ke tengkulak juga mudah jagung,” kata dia saat dihubungi , Selasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya