SOLOPOS.COM - Ilustrasi tes swab PCR (Antara-Aji Styawan)

Solopos.com, JAKARTA — Panel ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait COVID-19 menilai pemerintah kurang bijak karena menerapkan kebijakan tes PCR Covid-19 untuk syarat menggunakan transportasi pesawat. Pertimbangannya risiko penularan Covid-19 di pesawat terbilang rendah.

Kebijakan tes PCR Covid-19 untuk syarat menggunakan transportasi pesawat menuai pro kontra. Pemerintah menjelaskan aturan baru itu sebagai skrining ketat calon penumpang untuk mencegah persebaran kasus terkonfirmasi positif Covid-19.

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

Pemerintah beralasan menggunakan tes PCR Covid-19 karena memiliki sensitivitas paling tinggi ketimbang tes jenis lain. Namun, kebijakan itu membuat Panel Ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait COVID-19, Dicky Budiman, angkat bicara.

Baca Juga : Ramai-Ramai Menolak PCR Sebagai Syarat Naik Pesawat, Ini Alasannya

Ekspedisi Mudik 2024

Dicky menilai pemerintah kurang bijak saat mewajibkan syarat tes PCR Covid-19 untuk menggunakan transportasi pesawat. Dia beralasan risiko penularan Covid-19 di pesawat terbilang rendah.

“Kalau bicara penerbangan pesawat, risiko penularan di pesawat sangat kecil dibanding moda transportasi lain. Karena dia ada filter dengan HEPA sirkulasi 20 kali dalam sejam. Membuat transmisi menjadi sangat kecil,” ungkap Dicky seperti dilansir Detikcom Senin (25/10/2021).

Dilansir dari antaranews, high efficiency particulate air (HEPA) filter merupakan salah satu komponen penting dalam sebuat produk air purifier atau pembersih udara. Fitur itu mampu mengurangi paparan virus, khususnya di dalam ruangan tertutup.

Baca Juga : Tes PCR Jadi Syarat Naik Pesawat, Puan Maharani: Bikin Rakyat Bingung

Ia mencontohkan kasus penerbangan dari China ke Canada pada awal pandemi Covid-19. Klaster Covid-19 tidak dilaporkan meskipun ada satu kasus yang belakangan terkonfirmasi Corona. “Sehingga kalau berbasis risiko, risikonya rendah. Syarat skrining juga jangan yang paling ketat. Itu logikanya,” ujar dia.

Dicky menyarankan pemerintah menggunakan tes antigen Covid-19 untuk syarat perjalanan sesuai surat edaran Satgas sebelumnya. Jika dilihat dari cost effective, lanjut dia, PCR adalah pilihan paling akhir.

“Kalau dari cost effective PCR ini menjadi di belakang pilihannya, poin terakhir. Bukan hanya harus murah, tapi mudah, juga cepat. Secara sumber daya atau resources juga tidak membutuhkan banya. Artinya baik waktu maupun orang,” tutur dia.

Baca Juga : Layanan PCR Bandara Adi Soemarmo Dibuka, Tarif Rp495.000

Dia mengecualikan pemerintah memperbanyak distribusi dan jumlah alat PCR maupun tenaga pengambil sampel tes PCR. Namun, Dicky pesimistis perihal itu. Namun, Dicky mengapresiasi tujuan pemerintah mendeteksi dini kasus Covid-19 melalui tes PCR Covid-19.

Jika diterapkan pada perjalanan pesawat, tutur dia, maka perjalanan lainnya, seperti darat dan laut juga perlu mewajibkan ketentuan ini. Pertimbangannya risiko perjalanan darat dan laut lebih besar. “Tujuannya bagus, hanya kalau bicara PCR itu bukan pilihan yang bijak apalagi konteks Indonesia, apalagi konteks saat ini,” tutup epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya